Haiii Traveller’s, coba tebak
dimana saya sekarang? Apa? Menara Pissa? Ciuss? Ini masih di Indonesia Lhoo…tuh
kan pesona Indonesia itu nggak kalah sama negara lain. Masih penasaran ya ini
dimana. Simak terus perjalanan saya yak!
Pantai
Baron yang termasuk di Daerah Istimewa Yogyakarta salah satu destinasi wisata saya
dan keluarga. Pantai yang tersohor dengan memiliki dua jenis air. Tentu saja
air asin dan air tawar yang memiliki
tempat masing-masing. Keduanya bagai kolam milik pribadi. Anak-anak yang takut
berenang di pantai dapat menyewa ban ukuran besar seharga Rp 10000,00. Pada bagian
air tawar menawarkan arus yang tidak
terlalu besar sehingga dapat berenang dengan aman dan mengasyikan.
Sedangkan
saya agak malas keceh ke pantai.
Karena saya tertarik dengan sesuatu di atas bukit, menjulang tinggi, dan
bewarna putih. Baru pertama kali melihatnya meskipun beberapa kali pernah
bertandang kemari. Saya coba iseng bertanya ke orang tempat persewaan tikar.
“Pak,
itu yang di atas menara apa? Boleh ke sana?
“Boleh
mbak, menara pantau. Masuk ke sana harganya 25 ribu”. Saya begitu kaget
mendengarnya. Akan tetapi saya tetap nekat karena penasaran. Tidak ada anggota
keluarga yang ikut dengan saya. Semuanya memilih bermain air. Berbekal topi, sebotol
air, dan tak lupa kamera saya menjejakan kaki menembus hamparan pasir kecoklatan
ini. Menuju bukit dimana menara yang gagah berdiri nun jauh disana.
Angin berhembus dengan
kencang membuat semua yang dilewatinya
ikut bergoyang. Tak luput tapakan tangga kayu yang salah satu pengait lepas sesekali
bergetar. Tangga ini satu-satunya akses untuk menuju ke bukit. Eits, jangan lupa membayar retribusi yang
diadakan oleh karangtaruna setempat sebesar Rp 2000,00. Setelah itu jalanan
terjal pun menyambut, berkelok, dan menanjak. Ada yang panas ada yang sejuk.
Ada yang sendirian ada yang berduaan. Duuh, baper. Kebanyakan yang di bukit ini
tidak sendirian seperti saya.
Dari bukit ini kalian dapat
melihat jeladri yang membentang yaitu
samudra Indonesia. Terik matahari dan nafas yang tersengal-sengal tidak
menyurutkan tekad untuk naik ke atas sana. Untuk melepas sejenak rasa lelah, di
tepian jalan ini terdapat warung-warung kecil. Lumayan lah sambil ngopi-ngopi
lihat pemandangangan yang belum tentu dijumpai di tempat lain.
Naik-naik bukit sekitar 20
menit dan keringat bercucuran segrontol-grontol.
Kaki menara dengan gagah menyambut dengan hangat. Fiuuh…akhirnya kutemukan
namanya Menara Suar Tanjung Baron. Sambil melepas haus saya melihat sekeliling ternyata
dibalik menara yang menarik perhatianku terdapat menara lama. Kondisi yang
sudah berkarat namun masih sama kokohnya dengan menara baru dibuat akhir tahun
2014 itu.
Menara Suar Tanjung Baron |
Rasa penasaran terus menggelayutiku saya putuskan untuk segera masuk kedalam. Pengunjung menara ini hanya dikenai biaya masuk Rp 5000,00 tidak semahal yang dikatakan bapak tadi. Mungkin saya salah dengar, hehe. Oh iya, bagi kalian yang seolah-olah pengen jadi penjaga menara terdapat pula persewaan teropong, cukup dengan harga Rp 10000,00. Begitu masuk banyak orang yang hendak naik ke atas namun tidak kunjung naik usut punya usut kita harus bergantian dan diutamakan pengunjung yang turun.
Menara suar lama |
Tangga berulir terbuat dari besi. Sedikit horror mendengar tapak kaki saya sendiri. Bagaimana tidak? Korosi nampak dibeberapa bagian tempat ini. Butuh tenaga dan keberanian untuk mencapai puncak menara ini. Tulisan pada dinding menunjukkan lantai 8 dan tinggal satu tangga lagi untuk mencapai puncak. Seumur-umur baru kali ini naik tangga yang berdiri secara tegak lurus dengan lantai. Tangan mulai berkeringat pelan-pelan untuk mencapai puncak tertingi.
Saya berhenti seketika di tengah-tengah. Melihat ke bawah bulukuduku bergidik akibat botol minumku terlepas dari kantongku dan terjun bebas. Mas-mas dengan sigap menangkapnya. Sesampai diujung tangga ini aku bersusah payah untuk naik menuju tempat yang aman serta menunggu orang baik yang membawakan botolku. Angin bertiup sangat kencang di sini. Alhasil terbayar sudah perjalanan dari pantai hingga menara setinggi 40 meter ini. Sungguh indah pemandangan dari ketinggian dan sudut pandang yang berbeda. Salut pula dengan para penjaga menara yang tinggal disini. Menjaga Indonesia dari ancaman luar dan bukti cinta mereka kepada Indonesia. Menara suar Tanjung Baron satu dari mensu yang berada di perairan laut selatan sekaligus saksi bisu penjaga kedaulatan laut Indonesia.
So, buat kalian yang kesini nggak melulu mainan air. Kalian bisa berkunjung ke menara ini. Apabila kalian pengen sensasi baru juga dapat menyewa jeep yang berada di parkiran. Terus, bisa juga naik perahu ke pantai lain. Nggak mau ngluarin duit dapat juga selfie deket tebing yang sedikit menjorok ke laut. Tetep hati-hati dan keselamatan yang utama ya gaeess…!
Pantai Baron dari puncak menara suar |
Rumah penjaga mensu dan terparkir sebuah mobil jeep. |
Jalanan menembus rerumputan hijau |
Jam matahari
raksasa yang berada di Baron Techno Park. Di tempat tersebut sedang dilakukan
riset tentang energi yang terbarukan.
|
Perjalanan ini
membuat saya ingin menjelajahi menara suar lain di Indonesia. Saya berharap mendapat
tiket pesawat gratis dari AirPaz.com saya akan menjelajahi Menara Suar Gunung
Wenang di Manado. Untuk menuju kesana saya akan terbang menggunakan maskapai
Lion Air.