Catatan Amiamia

Berbagi cerita dan rasa untuk aku darimu

Diberdayakan oleh Blogger.
  • Beranda
  • About
  • Lomba
  • Review
  • Opini

Aku yang masih jomlo perihal ilmu parenting belum aku lirik untuk dipelajari. Aku hanya melihat sekilas-sekilas dari media sosial yang aku ikuti. Cukup membuat gambaran dan membuatku ingin belajar lebih, baik dari buku atau webinar. Tapi, entah kapan terealisasi.

Niat masih maju mundur. Namun semesta berkata lain, saat sudah ada rencana, baru rencana, lho ini, ada aja jalannya. Komunitas ISB mengadakan webinar tentang parenting khusunya dengan tema inner child. Mumpung ada kesempatan, akupun mendaftar dan memaksa diriku untuk belajar.



Sabtu, 19 Maret 2022. Aku diajak komunitas ISB untuk mengenal dan bertemu dengan inner child. Komunitas ISB tentu tidak sendirian, ia ditemani oleh dua pakar  psikologi –yang  dengan takdir Allah adalah pasangan suami istri–, yaitu Ibu Diah Mahmudah dan Pak Dandy Birdy. Keduanya dnegan asyik memberikan pemahaman dan wejangan kepada kami khususnya aku yang alpa tentang dunia parenting.

Melalui tulisan ini aku mencoba merangkum apa yang disampaikan oleh pemateri. Jika ada salah atau kurang tepat sudilah kiranya Teman Ami mengingatkanku melalui email yang tersedia. Yuk, kita belajar bersama!

Berkenalan dengan Inner child

Inner child maksudnya ada sosok anak kecil yang bahagia dan tidak bahagia yang dimiliki orang dewasa sekarang.

 


Inner child sangat mempengaruhi kualitas mindfullness seseorang, Teman Ami. Menurut pemaparan John Broadshaw inner child ditimbulkan dari pengalaman positif dan negatif. Sehingga dari keduanya membentuk inner child positif dan inner child negatif.

Namun, inner child sering dihubungkan dengan sisi negatif. Oleh karena itu, teman-teman yang mengalami inner child negatif harusnya dirangkul dan dimotivasi untuk mau membasuh lukanya. Inner child sendiri dapat dideteksi pada usia di atas 21 atau 24 tahun. Sedangkan luka pengasuhan bisa dilihat pada usia 15 tahun.

Apa hubungannya inner child dengan luka pengasuhan?

Inner child tumbuh subur dari luka pengasuhan. Dan anak yang terluka batinnya lahir dari orang tua yang tidak bisa anger management. Orang tua yang tidak bisa mengelola amarahnya salah satu faktornya belum berdamai dengan dirinya sendiri.

Lalu kita menyalahkan orang tua kita, dong?

Hmm…sebelum menyalahkan orang tua, Bu Diah Mahmudah mengingatkan

“Orang tua memang turut andil pada luka pengasuhan, tetapi pemulihan luka yang bertanggung jawab penuh adalah diri kita sendiri.”

Kita harus ingat mungkin orang tua kita kurang ilmu atau bisa jadi orang tua kita belum selesai dengan dirinya sendiri sehingga menurunkannya kepada kita sebagai seorang anak. Saling berhubungan, ya, Teman Ami.

Lalu, bagaimana cara kita membasuh luka pengasuhan? Sebelum beranjak ke sana kita harus tahu terlebih dahulu penyebab adanya luka pengasuhan.

 

Mengapa ada luka pengasuhan?

Dari perspektif agama luka pengasuhan diakibatkan dari kurang lemah lembutnya orangtua kepada anak. Seperti yang tertuang dalam QS. Ali Imron ayat 159 yang artinya:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu”

Tidak hanya berkaitan dengan iman saja, tetapi luka pengasuhan bisa timbul dari 3 sisi ego yang ada pada diri setiap manusia, yaitu sisi anak-anak, sisi orang dewasa, dan sisi orang tua.



Seperti contoh, seorang anak yang sedari kecil dengan orang tuanya diberi kata bijak atau nasehat terus menerus. Efeknya pada dewasa dia tumbuh menjadi seorang yang kaku. Hal ini akan berimbas pula saat dia menikah, dia menjadi pasangan yang kaku dan tidak asyik untuk diajak berkomunikasi.

Menurut Pak Dandy, “Sebenarnya jika 3 sisi ego itu porsinya bagus tidak masalah. Yang bahaya itu jika kekanak-kanakan terus menerus.”

 

Jika tidak dari kita akan timbul “korban” berikutnya

Luka pengasuhan akan terjadi terus menerus ketika tidak memotong rantai permasalahannya. Untuk itu seseorang yang merasa memiliki luka pengasuhan tidak bisa fokus kepada growing (bertumbuh) tapi harus mundur sejenak untuk healing. Jadi growing dan healing berjalan beriringan.  

Teman Ami, sekaligus menasehati diriku sendiri, luka pengasuhan harus disembuhkan. Sebab akan berdampak pada kehidupan-kehidupan selanjutnya, contohnya seperti membangun rumah tangga. Ketika intrapersonal (komunikasi dalam diri) sudah selesai maka interpesonal (komunikasi dengan orang lain) akan sukses.

Bu Diah menekankan pada seluruh peserta webinar bahwa:

“Seseorang tidak bisa menjalin hangat dengan orang lain sebelum berhangat dengan diri sendiri”

 

Dandiah Consultant Siap Membantu Membasuh Luka Pengasuhan

Membasuh luka pengasuhan tidaklah mudah, tetapi selama ada niat, semangat, dan ilmu Insyaa Allah pasti ada jalan.



Dandiah Care aktif memberikan webinar dan menuliskan buku tentang ketahanan keluarga, salah satunya membasuh luka pengasuhan. Dandiah care mengusung psikologi analisa dan spirit psikologi positif. Apa artinya?

Psikologi analisa yaitu mengacu pada hal-hal yang terjadi sekarang ini dipengaruhi oleh masa lalu. Sedangkan psikologi positif, berkenaan dengan pemaknaan sungguh-sungguh, utuh, dan penuh terhadapa masa lalu untuk mengahadapi masa depan.

Di sini Dandiah Care mengajak kliennya untuk menanamkan pola pikir tentang merespon takdir lebih positif yaitu bukan mengubah takdir atau menyalahkan takdir sehingga tercipta forgiveness (memaafkan), empowering (berdaya), dan gratefull (berterimakasih).

Webinar hampir dua jam, ditemani hujan angin. Bahkan tidak terasa hujan di luar sana sudah reda. Ilmu yang diberikan sangat bernas dan bermanfaat meskipun aku pribadi sedikit roaming. Tapi tidaklah mengapa, itu tandanya belajarnya tidak boleh berhenti sampai di sini. Semangat untuk kita semua.



Baarakallahu fik Dandiah Care dan Komunitas ISB khususnya Teh Ani Berta  

Sumber: 

Webinar Bertemu dengan Inner Child. Pembicara Diah Mahmudah, S.Psi, Psikolog dan Dandy Birdy, S.Psi dimoderatori oleh Ani Berta. Sabtu, 19 Maret Pukul 13.30-15.30 WIB di zoom meeting.



“Kamu habis lulus mau kemana?”
“Hmm...belum tahu ngalir aja deh”
“Hmm, masa sih enggak punya bayangan mau ngapain gitu?”
“Hmm... masih abu-abu.”

Waduuh ilustrasi di atas kok aku banget yak. Wkwk. Eits, Insyaa Allah udah agak mendingan. Enggak separah yang dulu.

Semoga kamu sudah memiliki pandangan hidup jangka pendek maupun jangka panjang yak. Karena hidup enggak boleh ngalir gitu aja. Harus ada cita-cita atau tujuan yang harus diraih. Aku pernah baca sebuah postingan dari Ustadz Salim A Fillah intinya kurleb seperti ini,

“Kalau jalani hidup ngalir aja seperti air mungkin sudah lupa bahwa sejatinya air itu mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah.”

Nah lho gimana enggak mau kan? Dari tinggi ke rendah.

Makanya dalam hidup harus ada cita-cita. Petuah dari murrobi (guru)ku bahwa cita-cita menghidupkan hati seorang muslim. Jika tak ada cita-cita maka seseorang akan mudah rapuh dan patah dalam menjalani hidup. Mengapa? Sebab ia bergerak tanpa ada yang ia tuju.

Ngeri kan ya?

Yuk pemanasan dulu sebelum ganti kalender. Saatnya pikirkan mimpi besar apa yang hendak diraih. Besar kecil itu relatif lho ya. Enggak boleh samain antara satu dengan yang lain. Yang mimpinya kecil enggak boleh minder dan yang mimpinya besar enggak boleh sombong juga. Kalau udah dipikikan jangan lupa ditulis. Agar setiap saat bisa melihatnya untuk memantik bara semangat sekaligus agar mestakung alias semesta mendukung.

Aku rasa aku perlu menuliskannya di sini. Dalam menuliskan mimpimu terdapat dua hal ini perlu diingat dan dicermati betul. Apa itu? Saat menulis impian harus diiringi rasa khauf (rasa takut) dan raja’ (rasa berharap). Why? Karena kita tidak tahu cita-cita apa yang diridhoi Allah dan kapan Allah meridhoinya. Waspadalah! #bacaversibangnapi Apa yang kita rasa baik belum tentu di hadapan Allah itu juga baik (Qs.Al-Baqarah: 216).

Untuk itu perlu dibubuhkan kalimat  “atau yang terbaik untuk saya” di ujung kalimat impian kita. Contoh, saya harus... di tahun 2019 atau yang terbaik untuk saya. Tujuannya apa? Agar kita tidak stres dengan mimpi yang tak kunjung terwujud. Atau mimpi yang meleset sangat jauh dari harapan. Ujung-ujungnya kecewa dan tak mau memperjuangkannya kembali. Naudzubillah. Lagi-lagi sebagai manusia hanya bisa berencana dan Allah yang akan berperan dalam menentukan apa yang terbaik untuk kita.

Senyumin dulu ah. Karena aku murah senyum #pedebanget

Untukmu dan untukku,
Jangan takut menjadi seorang pemimpi. Pemimpi yang memperjuangkan apa yang telah ia rajut dalam bingkai aksara. Lalu diperjuangkan dengan bumbu cinta dalam menjalaninya. Menulis mimpi dan mewujudkannya salah satu sarana dan ikhtiar agar di hadapan Allah nanti diputarkan film terbaik. Bagaimana kita mengisi detak detik waktu yang telah diberikan oleh Allah dengan hal-hal bermanfaat.   

“Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga RasulNya dan orang-orang mukmin dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Qs. At-Taubah: 105)

Tulisan ini sebagai pengingat penulis. Karena penulis juga sedang belajar merajut mimpi dan memperjuangkannya. Demi menjadi manusia yang lebih baik.

Sudahkah dia dalam hidupmu?

Salam hangat. Tunggu kisah selanjutnya.

Tumpukan potongan flanel


Agenda kelompokku pekan ini ialah bersilaturahim ke Rumah Craft Mal Mel. Di sana kami belajar langsung dari pemiliknya. Kamipun langsung dihadapkan dengan satu jenis kain dengan aneka warna. Memang di tempat ini kain tersebut unggulannya di samping kain katun. Warnanya sungguh ciamik. Membuat pikiran cling seketika setelah berjibaku dengan riuhnya jalan Slamet Riyadi.

Sebelum memulai membuat buket bunganya, ramah tamah dengan pemilik tujuan utama kami ke sini. Pemilik tersebut notabene seorang ibu rumah tangga yang nyambi craft. Ia berpesan kepada kami semua:
“Wanita itu enggak wajib mencari nafkah namun wajib upgrade skill”

Entah kenapa langsung termotivasi mendengar perkataan itu. Kemudian saat kain yang akan diolah berada di hadapanku. Aku membelainya lembut dan aku menyapanya dalam hati

“Hai! Apa kabar dirimu? Lama sudah kita berpisah.”

Kenangan masa lalupun terputar kembali.
***

Pertama kali aku mengenalnya saat temanku membuat sarung laptop sapi yang unyu. Aku kepo dengan kain apa yang dipakainya. Bewarna warni segar di mata. Agak kaku tapi mudah dibentuk. Memiliki tekstur sendiri. Lembut kasar gimana gitu. Bisa menebak kain apakah itu? Yups, ternyata kain flanel namanya. Tak cukup sampai disitu. Aku bertanya dimana ia membelinya, berapa harganya, dan cara menjahitnya.
Bersyukur sekali temanku itu mau menularkan kemampuannya. Ia mau mengajariku yang cengoh akan hal-hal baru dalam hidupku. Dia sabar dan telaten pula. Penasaran siapakah dia? Ia bernama Elsita.

Ia mengajariku pertama kali cara menjahit dengan tusuk festoon. Tidak seketika waktu itu aku langsung bisa mengikutinya, hehe. Butuh berulang kali salah. Bahkan berulang kali bertanya sebab lupa langkah selanjutnya. Waktu itu aku puas-puasin untuk belajar darinya. Meskipun sebenarnya tidak puas karena ilmu yang nyantol alias yang bisa aku lakukan hanya tusuk feston saja.

Beberapa hari kemudian. Sungguh aku lupa bagaimana jalan ceritanya. Tiba-tiba temanku itu memberikan seluruh flanel yang ia miliki. Tak hanya itu jarum, benang, dan dakronnyapun turut merangsek ke dalam tas kresek yang ia berikan kepadaku. Masyaa Allah, rezeki yang tak terduga. Ada rasa sungkan waktu itu untuk menerimanya. Lalu terlontar dari mulutku, "Aku ganti berapa nih El?”

"Sudah. Enggak usah diganti, Mi. Itu buat kamu aja." Jawabnya.

"Beneran nih? Alhamdulillah. Makasih Elsita."

Seneng dong rasanya dikasih yang kita pengenin. Tapi di sisi lain aku sedih mau aku apakan kain-kain unyu ini. Belum ada ide kala itu. Sementara waktu aku diemin begitu saja kain-kain di dalam kardus.

Suatu ketika kebosananpun melanda dengan hebat. Bagaimana tidak? Waktu tunggu selesai Ujian Nasional hingga pengumuman SNMPTN sangatlah luama. Dua bulan kalau tidak salah. Menonton tayang di televisi bosan karena acaranya begitu-begitu saja. Mainan hape juga bosan. Waktu itu hape masih Nokia yang polikrom. Bisanya cuma SMS-an lalu ujung-ujungnya main Nature Park ngalahin skor sendiri.

Kebosanan akut mengingatkanku akan kain flanel waktu itu. Aku bongkar-bongkar seolah mencari mangsa. Flanel mana yang akan aku eksekusi hari ini. Setelah dapat kumulai dengan menggambar pola yang paling mudah yaitu lingkaran sebanyak dua buah. Lalu aku salurkan ilmu tusuk feston dari Elsita tuk rekatkan dua buah lingkaran. Sebelum dijahit penuh aku sumpali dengan awan putih sintetis. Menggembung sudah. Kujahit kembali hingga rapat supaya “awan” tak mencuat ketika dipencet-pendet. Lumayan rapi untuk percobaan pertama dan pemula.

Singkat cerita aku akhirnya memproduksi gantungan kunci karakter. Waktu itu aku membuat karakter doraemon, hello kity, dan angry bird yang lagi hits semirip mungkin. Alhamdulillah tidak hanya berujung di dalam kardus saja. Hasil karyaku aku kemas dan kujual. Sebenarnya menjual itu hanya kegiatan iseng-iseng saja. Gara-gara kedua adikku yang duduk di sekolah dasar waktu itu entah bagaimana caranya mingin-mingini temannya. Kata orang, rezeki enggak boleh ditolak. Aku iya-in aja pesanan itu.

Saat menyelesaikan list pesanan tiba-tiba aku kehabisan stok bahan. Mau enggak mau harus beli di toko yang berada di Jalan Kalilarangan. Karena disitu yang aku tahu.

Pertanyaannya aku akan naik apa kesana?
Kalau mau naik bus dari segi ongkos, waktu, dan tempat pemberhentian sangat tidak efektif. Yang terparkir di teras rumah hanya sepeda onthel. Punyanya sepeda ya naik sepeda.

Rumahku dimana?
Belakang rumah sakit dr Oen Kandangsapi. So sweet bukan? Sungguh the power of niat. Ngos-ngosan, euy. Tak ketinggalan bermandikan sinar matahari yang mulai meninggi. Waktu itu belum ada ojol macam sekarang yang tumbuh bak jamur di musim penghujan. Tinggal klik saja langsung menjemput di depan rumah. Sungguh tiap apa yang diperjuangkan akan menemui kelezatannya masing-masing. Tergantung cara olahnya saja.

Nah, pesanan ganci yang touch in heart banget itu ketika budheku memesan gantungan love ukuran besar. Wew buat siapakah gerangan? Ternyata gantungan kunci itu untuk pacarnya masku. Alhamdulillah sekarang sudah jadi istrinya. Alhamdulillah enggak kaya  cuitan zaman sekarang, “pacarane mbi aku nikahe mbi wong  liyo” nyesek enggak sih? Mending pacarannya setelah nikah aja.

Hehe hanya intermezo netizen. Bersyukur deh budheku mempercayakan sepenuhnya kepadaku. Aku tambah greget untuk mengerjakannya. Tambah pengalaman juga. Senangnya dapat selesai tepat waktu dan langsung meluncur segera ke calon mantunya.  

Sayang, kegiatan ini hanya bertahan di masa kumenunggu pengumuman dan awal-awal masuk kuliah. Kegiatan njlimet semacam itu suka sebenarnya. Apalagi bisa tambah-tambah uang saku. Dengan berat hati aku berpisah dengan flanel. Ada tugas lain yang akan menyita waktuku. Sungguh liburan produktif. Liburan menyenangkan dan mengenyangkan.

***
Begitulah rasanya kalau bersentuhan dengan flanel. Langsung terngiang akan episode kehidupan yang pernah aku jalani. Memang sih belum berjodoh untuk menjadi bisnis yang berkembang dan memiliki omset besar. Namun aku bersyukur ketika dibenturkan dengan hal-hal semacam itu hal baru tentunya, minimal dapat meningkatkan skill. Eits, harus dirawat pula dengan kemauan belajar terus dalam diri juga ya agar menjadi orang yang kapabel di bidang tersebut. Jadi kalau sewaktu-waktu dibutuhkan untuk mencari nafkah, uang jajan, atau membantu orang lain enggak usah mikir terlalu lama. Dan langsung teringat namamu. 

Pesan aku untuk pembaca setia.

“Galilah dan tingkatkan skillmu di luar profesi atau bidangmu. Awali dari apa yang kamu sukai. Lalu belajarlah langsung dari ahlinya sekaligus berlatih. Yakinlah suatu saat ia akan mekar indah di musim yang tepat baik untuk dirimu sendiri atau orang lain.”
Cukup curhatan hari ini. Semoga ada manfaatnya yang bisa diambil untukmu. See you di tulisan berikutnya.

Salam
Amiamia –Pegumpul cahaya yang berserak



Pernah dengar tidak kata orang, “Siapa yang menanam dia akan yang menuai?”

Walaupun kenyataannya tidak semua yang kita tanam kita sendiri yang akan memetiknya. Nggak percaya?

Contohnya begini, kamu menanam biji buah mangga di depan rumah. Lalu, dengan penuh kasih sayang kamu menyiraminya, memupuknya, bahkan menjaganya dari ganasnya ulat-ulat yang gemash. Setelah tumbuh semakin besar dan berbuah, apalagi buahnya lebat. Saya tebak, tidak seluruhnya kamu yang memetiknya. Mungkin saja yang memanen ialah para codot dan ulat yang kelaparan. Atau Jatuh di tangan segerombolan anak yang membawa tongkat pemburu layangan putus.  Bahkan tetangga kamu yang tak sengaja kejatuhan mangga yang ranum.

Wah…wah…wah iya kan? Apakah sepenuhnya kamu yang memetiknya? Yes or No? Sudah, ikhlasin aja. Kalau ikhlas insyaa Allah, Allah akan membalasnya. Bisa di dunia atau ditabung dulu untuk dunia yang abadi kelak.

Alhamdulillaah, Allah mengirimkan orang-orang yang mengingatkan akan hal itu. Melalui percakapan yang tidak sengaja ataupun sebuah nasihat. Hingga aku merasa tersentil dan harus menuliskannya dalam coretan yang mungkin bermanfaat untuk orang lain. Selebihnya untuk catatan pengingatku saja.

Bahwa kebaikan-kebaikan yang kita rasakan saat ini belum tentu buah dari kebaikan yang sudah kita lakukan. Bisa jadi, kebaikan yang kita nikmati dikala senang atau haru bahagia merupakan buah kebaikan dari orangtua kita. Mungkin juga, ketidak baikkan yang kita terima saat ini bisa jadi berasal dari hulu yang sama.

Dan bisa jadi kebaikan maupun keburukan yang telah kita lakukan akan berimbas kepada keluarga kita. Kepada ayah, ibu, adik, maupun keturunan kita.

Bisa instan, secepat membuat mie rebus. Atau dengan lika liku luar biasa baru akan terasa. Manis. Asam.  Pahit. Atau nano-nano.

Tak ruginya mulai berbenah saat ini. Tak ada salahnya pula berusaha menanam biji-biji dengan kualitas baik. Meski harus bersusah payah mengenyahkan biji-biji yang tidak layak tanam berhiaskan peluh keikhlasan. Karena semua akan indah pada waktunya.

Salam
All About Feel

Hari ini  masih hujan, hujan rintik-rintik dan angin yang berhembus dingin. Sejak kemarin siang hujan terus mengguyur entah titik-titik besar maupun titik-titik kecil sesekali terdengar pula suara guntur dan kilatan cahaya. Tak dapat dipungkiri bahwa bulan ini ialah bulan Januari. Sesuai julukan yang beredar dimasyarakat Januari berarti hujan sehari-hari. 

Kata nenek sebagian orang Chinese bergembira atas hal ini yang katanya turunnya hujan di hari Imlek akan membawa keberkahan sepanjang tahun. Bagiku juga bergembira karena hari ini libur mencuci baju hehehe…bebas. Akhirnya, bisa nulis lagi. The power of kepepet. Nggak ada kerjaan liburan kayag gini. Tapi it’s OK. Rasakan, resapi, dan nikmati aja.

Langit masih tetap sama, keabu-abuan mendung menyelimuti. Biasanya pukul 09.30 matahari sangat menyengat dan menguapkan air sedikit demi sedikit tanpa kita sadari. Suasana mendung, sepi, dan lengang membuatku enggan untuk beraktivitas. Teringat suasana saat meletusnya gunung Kelud di Jawa Timur yang menyemburkan debu vulkanik hingga ke Solo, Jawa Tengah. 

Saat ini aktivitas normal. Orang hilir mudik menggunakan payung atau mantelnya. Bersemangat untuk berjualan bahkan untuk membeli bahan makanan. Rela mengayuh sepeda anginnya di bawah rintik hujan untuk memenuhi kewajibannya mencari nafkah yanga halal dan barokah. Berbeda saat terjadi letusan aktivitas lumpuh. Sesekali orang keluar karena keadaan mendesak. Menggunakan alat seadanya untuk melindungi diri dari terpaan hujan debu vulkanik. Jalan-jalan lengang. Mereka memilih berdiam diri di dalam rumah. Begitulah sang pencipta menciptakan  suasana yang berbeda setiap detiknya. Very nice!

Fiuh…meluber kemana-mana ceritanya. Penasaran ya saya intinya mau nulis apa. Saya juga sedikit bingung. Yang nulis aja bingung apalagi yang baca, tambah bingung. Eh, kayag Ki dalang yang di salah satu acara TV.  

Pengen kasih semangat untuk teman-teman yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Eh, lagi-lagi kaya didrama-drama asia itu. SEMANGAT –sambil mengepalkan tangan dan menyeringai hehehe. Semangat terus pokoknya dah. Jangan menyerah dengan keadaan kalian sekarang. Terus jaga semangatnya yang baru merintis usahanya secara online maupun offline. Buat yang baru gencar-gencarnya menulis, di tumblr, blog, catatan Facebook bahkan status di BBM teruslah menginspirasi bagi pembacanya. Semangat pula yang lagi KP (Kuliah Praktek), magang, dan mempersiapkan KKN (Kuliah Kerja Nyata) semoga itu menjadi pembelajaran buat kalian supaya lebih baik lagi, bukan hanya sekedar bersenang-senang dan upload foto sebagai ajang narsis. 

Buat yang sudah kerja baik-baik di tempat kerjaannya. Berusahalah jadi orang jujur Boss. Buat yang ngurusin organisasi juga terus jaga semangatnya ingat tubuh kalian juga butuh diperhatiin lhoo…makan makanan yang bergizi dan jangan lupa olahraga. Semangat juga yang lagi sibuk ngurusin kuliah, ingat semester tua book segera lulus dengan membanggakan dan terakhir semangat juga yang ngurusin anak orang #eh #siapa ya?

Pokoknya ya pokoknya. Semangat berkarya dan terus menginspirasi dimanapun kalian berada. Entah di Timur, Selatan, ah dimana aja sesuai arah mata angin hehehe. Pesan aku satu Bismillah –Dengan menyebut nama Allah. Insyaa Allah, Allah akan membukakan jalan untuk kalian. Oh ya aku pernah dapat postingan dari Instagram. Mungkin udah pernah dapet kali ya. Ada do’a yang bagus untuk kita panjatkan di pagi hari saat akan memulai aktivitas kita. Kurang lebih begini.

“Allahumma inni As-aluka ‘ilman nafi’an, wa rizqan toyyiba, wa ‘amalan mutoqoballa”

Yang artinya, Ya Allah sesungguhnya aku mohon kepada Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang halal, dan amal yang diterima. (HR Ibnu Majah).

Dari artinya clesss…ngena di hati, ilmu yang bermanfaat, rezeki yang halal, dan amal yang diterima. Bener juga sekaligus tamparan keras buat penulis. Pernahkah memikirkan sejenak ketiga hal tersebut?

So, hidup hanya sekali dan hiasilah tiap episode kehidupan kalian dengan hal yang bermanfaat. Karena hari esok adalah misteri, hari ini kenyataan, dan hari kemarin ialah kenangan. Salam.
Mendung pagi ini
030216



7 Oktober 2015

Empat tahun sudah kita bersama. Sebenarnya saya lupa tanggal dimana kita dilantik. Jahat bukan? Saya tidak seromantis orang-orang disana yang suka mengingat moment secara detail, jam, menit hingga detiknya.

7 Oktober 2011, Hari Jumat #nyontekElsita
Saat itu ber-21 kita dilantik, 21 orang yang mempunyai tekad memajukan pramuka Smara. Tujuan nyatanya memakmurkan sanggar supaya tetap ramai. Seperti “Laskar Pelangi” di Pulai Belitong yang tidak mau sekolahnya di bongkar. Dari sanggar itulah kita menjuluki diri kita masing-masing sebagai “ Sang Pemimpi”.

Satu periode sudah kita dalam lingkup organisasi terstruktur. Kemudian kita fokus terhadap mimpi-mimpi yang telah lama dirancang. Secara alamiah, kita jarang bertemu dan menciptakan momen-momen bersama. Namun pesona kalian tidak pudar dalam perasaan ini seperti Pudarnya Pesona Cleopatra karya Habiburahman. Ah sungguh! Pesona kalian tidak pudar. Banyak cahaya yang menyinari kalian. Entah dari dalam maupun luar diri kalian. Ketika cahaya satu redup ada cahaya lagi yang mengimbangi kalian. Tidak hanya 99 cahaya seperti novel karangan Hanum dan Rangga. Namun lebih untuk kalian yang kusebut Sahabat.

Ketika buku laporan biru itu dikembalikan, tandanya kita akan berjalan di jalan masing-masing. Menyongsong kehidupan apa yang kalian harapkan selama ini. Bangku kuliah! Banyak kesibukan yang akan kalian tempuh nantinya. Ya! Karena kalian dibutuhkan disana. Kontribusi kalian ditunggu bahkan dielu-elukan untuk membangun peradaban negara ini menuju Indonesia Emas. Rasanya kita seperti dipisah secara paksa. seperti Bulan Terbelah Di Langit Amerika. Namun aku tak akan pernah membenci suatu takdir. Seperti Daun Yang Jatuh Tidak Pernah Membenci Angin.

Hmm…konyol sekali tulisan singkat ini. Aku tak pandai merangkai kata. Aku tak pandai untuk mengungkapkan sesuatu dengan bahasa yang unik. Namun Tetap Saja Kusebut (Dia) Cinta. Bagaimanapun, sejelek apapun tulisan, maupun ungkapan Tetap Saja Kusebut (Dia) Cinta. Seburuk apapun sikapnya, sekeras apapun perlakuannya, seaneh apapun sifatnya, Tetap Saja Kusebut (Dia) Cinta.

Empat tahun sudah kita bersama. Menjalani dalam perbedaan ruang dan waktu. Lagi-lagi rasanya jauh di mata dekat di hati. Mungkin kalian memberontak dan ada rasa sedikit tidak nyaman dengan DA12. Persahabatan konyol, apalah, norak, dan apapun sebutannya. Namun, perlu diingat bahwa kita adalah satu saudara, saudara muslim. Tetaplah berjuang! Teruskan apa yang sedang kalian kerjakan! Fokuslah! Terjanglah hambatan dan rintangan dihadapan kalian! Jangan seperti siput namun jadilah kaki seribu!

Kutunggu jejak-jejak bersama kalian. Tidak hanya altitude 3676 namun altitude altitude yang lain. Terus berjuang terus menebar manfaat. Salam Pramuka!

#DA12
Dari kota kita mulai bertemu

Mau nggak mau, harus nulis. Suka nggak suka harus nulis. Kalau mau jadi orang hebat. Belajar nulis gak masalah.

Menulis itu perlu dilatih. Kebanyakan orang lancar berbicara menjelaskan ini itu, bercerita panjang lebar dengan lisannya namun ketika harus menuliskan semua itu…hmm.

Meneteskan alkohol di atas kulit diamkan beberapa saat. Meneteskan tinta di atas kulit lakukan hal yang sama. Coba perhatikan. Itulah analogi sederhana tentang menulis. Orang yang banyak berbicara tapi tak menuliskannya seperti meneteskan alkohol diatas kulit, tak ada yang membekas. Lain halnya, orang yang banyak berbicara namun juga menuliskannya sama halnya meneteskan tinta di atas kulit, ada bekasnya.

Nggak ada kata terlambat bro sist untuk menulis. Pernah baca suatu artikel, tulisan tersebut mengatakan kalau ingin jadi penulis hebat nggak boleh malu bila disebut penulis amatiran. Kalau nggak jadi penulis amatiran sekarang kapan lagi jadi penulis profesional. Kalau tidak memulainya sekarang, kapan lagi. 
Setiap orang bisa nulis. Nulis itu gampang. Tiap hari kita berkutat dengan dunia menulis, nulis sms, nulis status, bahkan nulis nota kalau kita beli sembako di pasar.

Tapi lain lagi dengan nulis yang satu ini susah tapi gampang dan gampang tapi susah. Tapi menurutku susah tapi susah. Nulis macam apa yang buat orang galau memikirkannya. Ini dia nulis yang bermanfaat. Sepakat? Mau nggak mau harus sepakat karena kebanyakan orang-orang menulis panjang lebar tapi tak ada manfaat yang bisa diambil. Nulis tentang cibiran, menjelek-jelekan seseorang bahkan umpatan. Naudzubillah.

Pertanyaannya sekarang, bagaimana memulainya? Bukankah langkah awal menentukan langkah akhir? Ingatkah kalian sewaktu SD atau masa kanak-kanak suka menulis diary. Nah itu salah satu sarana kita untuk dekat dengan menulis. Walaupun masih acak adut dan bila dibaca bikin nyengir sendiri tapi bisa melatih kita untuk tekun menulis. Ketekunan itulah yang akan membawa ke singgasana keberhasilan.

Menulis diary berawal dari apa yang kita lihat maupun apa yang kita rasakan. Mau curhat di malam hari tapi tak ada orang yang bisa mendengarkan curhatan kita. Ada rasa takut pula jika rahasia disebar luaskan alias terbongkar. Bingung? Solusi ampuhnya yaitu buku dan alat tulis. Hal inilah yang membuat kita dekat menulis. Menulis sejatinya sesuatu yang telah kita lihat, dengar, dan rasakan lalu kita tuangkan lagi dalam rangkaian huruf membentuk suatu kata, kalimat, bahkan paragraf.

Tak ada kata terlambat untuk belajar dan membiasakan diri. Saat ini sering sekali diadakan workshop tentang kepenulisan. Apapun dari tulisan berbau ilmiah hingga tulisan beraroma cinta. Sarana yang luar biasa untuk menjadi tahu bagaimana dunia kepenulisan. Sekaligus menumbuhkan kesadaran untuk menulis. Tetapi coba pikirkan kalau tidak diterapkan, ilmu yang diperoleh sama dengan nol. Tak ada kata susah kalau belum mencoba, Kawan. Mencobanya saja tak mau bagaimana kita bisa tahu lika liku menulis?

Sekarang tinggal orangnya yang mau menjalani antara pilihan mau atau tidak. Bukankah untuk jadi penulis hebat perlu kemauan dan niat sungguh-sungguh.

Jadi penulis amatiran nggak masalah yang terpenting jadi penulis hebat. Jadi penulis susah dan perlu perjuangan keras. Terpenting jadi penulis penebar manfaat. Mungkin dengan menulis dapat menginspirasi seseorang dan dapat mengubah orang tersebut ke arah positif. Ini nih, yang menjadi salah satu amal jariyah dan jadi pemberat amal di akhirat kelak. Aamiin…insyaa Allah.

Semangat menulis! Semangat menebar manfaat! Kutipan berikut mungkin bisa lebih meyakinkan kita untuk menulis. Saya kutip dari sebuah blog Inspirasi Menulis Kamu

Tidak percayakah Anda, bila penulis bisa HIDUP SERIBU TAHUN, dua ribu tahun, satu juta tahun—bahkan mengabadi hingga hari kiamat?
Tidak tahukan Anda, bila menjadi penulis adalah LADANG DAKWAH yang sarat pahala?
Tidak tahukah Anda, siapapun Anda, profesi apapun Anda, menjadi penulis adalah KEWAJIBAN kita semua?
Tidak tahukah Anda, menulis adalah HIDUP itu sendiri?
“Benarkan menulis opini itu teramat sukar?”.

MUDAH! ASAL…..RAJIN membaca apa saja.
Mudah, asal TEKUN menulis kapan saja.
Mudah. Asal BERANI mengungkapkan pendapat pribadi.
TIDAK SUKAR! Asal bisa menulis abjad.
Tidak sulit, asal BERNIAT sungguh-sungguh.
Asal tidak asal-asalan. Asal…Asal…Asal







                Aku tak tahu apa yang harus aku tulis. Aku tak pandai untuk merangkai kata-kata karena aku bukanlah penulis maupun pujangga. Walaupun begitu aku akan berusaha untuk menumpahkan apa yang aku rasakan pada blank document ini. Mungkin ini lebih baik.

                Malam ini terdapat judul yang menarik di salah satu media televisi, tidak hanya jembatan cinta ataupun bukit cinta sekarang ada istilah baru yaitu flyover cinta. Anda sudah tahu jawabannya kan? Ya, bercinta di atas flyover. Bayangkan memadu kekasih di flyover! astaghfirullah.

Memarkirkan kendaraan ditepi jembatan (padahal sudah jelas dilarang parkir), disuguhi panorama kerlap-kerlip lampu kota yang gemerlap, menikmati kota diketinggian ditambah sepoi-sepoi angin malam dan ditemani sang kekasih. 

Bagaimana menurut Anda? Menyenangkan? Mau coba? atau Iuuuh? 

Ingat resiko ditanggung penumpang. Resiko besar menantimu Kawan yang pertama kecelakaan, banyak tuh mobil motor yang berlalu lalang peluang kesrempetnya besar; kedua perampokan, biasa tuh ya kalau mau ngapelin pacar pakai pakaian yang bagus super wangi apalagi di flyover smartphone tak ketinggalan hal itulah yang menclingkan mata para begal; ketiga pembunuhan, kalau target sasarannya tak mau memberikan apa yang dimau para begal senjata tajam akan menjadi jawabannya.

Nah, saat salah satu begal mengaku tak ada rasa takut sedikit pun di dalam dirinya mungkin karena sudah biasa bahkan tak ada rencana sampai kapan para begal untuk mengakhiri aksinya. Pada salah satu kasus begal yang melancarkan aksinya berusia sekitar 18 dan 16 tahun, aksi ini biasanyanya dilancarkan dengan dua orang dan hasil yang mereka peroleh dibagi rata baik pengesekusi maupun pengemudi. Hasilnya pun mereka gunakan untuk berfoya-foya.

Dimana letak hati mereka, dengan mudahnya mengayunkan senjata dan menganiaya sasarannya. Dimana letak hati mereka ketika melancarkan aksinya hingga tak ada rasa takut sedikitpun. Dimana hati mereka?

Dan saya pun sekarang sedikit tahu, saya kutip dari dzikra.com dari sinilah saya tahu bagaimana hati itu sebenarnya

 “Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa dan harta kalian, dan akan tetapi Ia memandang kepada hati dan amalan kalian”.

Namun penentu baik dan buruknya amalan seseorang amat bergantung kepada hati. Maka hati adalah bagaikan generator bagi seluruh anggota badan. Kedudukan hati di antara anggota badan bagaikan raja di tengah kerajaan. Semua gerak-gerik anggota badan akan bergantung kepada hati sebagaimana gerak-gerik anggota pasukan bergantung kepada raja. Bila raja bersifat baik maka prajuritnya pun akan baik pula, sebaliknya bila raja memiliki prilaku buruk maka bala tentaranya pun akan berprilaku buruk pula.

Oleh sebab itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah menggambarkan kepada kita tentang hal tersebut dalam sabdanya:

«أَلا وَإِنَّ فِي الجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الجَسدُ كُلُّهُ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الجَسَدُ كُلُّهُ، أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ» رواه البخاري ومسلم.
“Ketahuilah! Sesungguhnya dalam tubuh ini ada segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak. Maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah! ia adalah hati”.

Dari suatu kajian yang pernah saya ikuti ada beberapa sebab pemicu membatunya hati yaitu:
  1. Ketergantungan kalbu terhadap dunia daripada akhirat
  2. Lalai
  3. Kawan yang buruk
  4. Terbiasa dengan kemaksiatan dan kemungkaran
  5. Berpaling dari mengingat Allah
Naudzubillah min dzalik, semoga kita senantiasa selalu menjaga hati kita masing-masing dan terjauh dari hati yang membatu.

Walahualam

Juni 2014


Postingan Lama Beranda

Tentangku

Foto saya
Amiamia
Halo! Aku Ami seorang narablog dan penulis 3 buku antologi. Blog ini seputar review buku, kuliner, review produk UMKM, dan lifestyle. Khusus traveling aku abadikan di blog Amiamia's Journey, ya. Happy reading!
Lihat profil lengkapku

FOLLOW ME

  • Instagram: @_amiamia
  • Twitter: @amiamiahome
  • Amiamia's Journey

Entri yang Diunggulkan

Selembar Moment

Buku yang sudah dibaca di Tahun 2022

  • Aku Takut KehilanganMu - Maman Suherman
  • Ngeblog Dari Nol - Widyanti, dkk (IIDN)
  • Bekisar Merah - Ahmad Tohari
  • Api Tauhid - Habiburrahman El Shirazy

Arsip Blog

  • ▼  2022 (6)
    • ▼  Juni (1)
      • Ternyata Gini Peluang Ngeblog Bareng Komunitas IIDN
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (4)
    • ►  Desember (2)
    • ►  April (2)
  • ►  2017 (1)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2016 (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2015 (6)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2013 (1)
    • ►  November (1)

Label

  • Lomba blog
  • Opini
  • Review

Silaturahim Yuk

Nama

Email *

Pesan *

Total Tayangan Halaman

Tentang Penulis

Foto saya
Amiamia
Halo! Aku Ami seorang narablog dan penulis 3 buku antologi. Blog ini seputar review buku, kuliner, review produk UMKM, dan lifestyle. Khusus traveling aku abadikan di blog Amiamia's Journey, ya. Happy reading!
Lihat profil lengkapku

Advertisement

Copyright © 2016 Catatan Amiamia. Created by OddThemes