Catatan Amiamia

Berbagi cerita dan rasa untuk aku darimu

Diberdayakan oleh Blogger.
  • Beranda
  • About
  • Lomba
  • Review
  • Opini

Pecinta Selat Solo mana suaranya?

Orang Solo dan orang-orang yang pernah singgah di Solo nggak asing kan dengan selat Solo? Yups, makanan yang memiliki cita rasa manis, gurih, dan sedikit asam. Tapi, ada sebagian orang yang nggak begitu suka selat Solo karena dominasi rasa manisnya.

selat-solo-pedas-mbak-riza


Nah, suatu ketika ibuku datang ke warung selat Solo. Sama penjualnya, ibuku ditawari mau selat yang pedas atau enggak. Ibuku lalu mencoba selat pedas. Wow! Ibuku enggak nyangka rasa selatnya makin lezat. Ibuku pulang dengan hati senang dan perut kenyang.

Seperti biasa, ibuku meracuniku dengan hal baru yang beliau dapatkan. Aku yang sedari awal cocok dengan Selat Solo Mbak Riza jadi penasaran. Di kesempatan berikutnya aku minta selat yang pedas. Tara…potongan cabai rawit menghiasi piringku. Masyaa Allah, bener, rasanya makin seger. Perpaduan kuah yang hangat, pedas, dan rasa utama kuahnya makin bersemangat untuk menandaskan seporsi selatnya.

Aku ketagihan! Jadi pengen lagi. Sekarang selat Solo pedas jadi andalanku saat hendak menyantap selat Solo.

catatan-amiamia-selat-solo-pedas


 Asal Mula Selat Solo

Sebelum lanjut ulas Selat Solo Mbak Riza, aku mau curhat. Gara-gara nulis ulasan ini, aku baru tahu ternyata selat Solo itu modifikasi dari steak Eropa. Ciaat...ciaat…hidup lama di Solo baru tahu fakta ini. Jangan-jangan Teman Ami sudah tahu sejak lama, ya? Yang baru tahu, tos online, yuk!

Dilansir dari Indonesia.go.id, selat Solo hasil akulturasi antara makanan Jawa dengan makanan khas Eropa. Steak Eropa biasanya menggunakan daging yang dipanggang setengah matang. Karena raja-raja Kasunanan Surakarta tidak terbiasa menyantap daging setengah matang, alhasil disulap menjadi galantin. Galantin itu campuran daging cincang, telur, tepung roti, dan bumbu lalu dibentuk lonjong dan dikukus hingga matang. Untuk penyajiannya sendiri, galantin dipotong-potong lalu di goreng dengan sedikit minyak.

Modifikasi lain yaitu dari segi kuah, meski sama-sama menggunakan brownsauce, kuah steak bertekstur kental dan hangat untuk steak jawa dimodifikasi menjadi encer dan dingin. Bahan pelengkapnya juga ada tambahannya, lho, yaitu telur rebus dan mustard.  Makin berwarna ya.

 

Kamu Harus Nyicip Selat Solo Mbak Riza

Udah tahu sejarahnya, tertarik belum nyicipin selat Solo? Kamu yang enggak pernah klik dengan rasa selat Solo yang lain, sekali-kali kamu cobain, deh, Selat Solo Mbak Riza. Atau udah klik dengan rasa tapi kantong sedang tipis?

Selat Solo Mbak Riza murah dan banyak. Selat Solo cukup dipinang Rp11.000,00/ porsi yang sebelumnya cuma ceban. Menurutku no prob, sih, naik dikit harganya, mengingat harga bahan yang makin meroket. Apalagi isian selatnya juga komplit: telur coklat utuh, kepalan daging, kentang, buncis, irisan tomat, sehelai selada, mayones, timun, dan taburan keripik kentang.

isian-selat-solo-pedas-mbak-riza

Rasa yang konsisten. Meski warung Selat Solo Mbak Riza belum lama buka, saat repeat order alhamdulillah rasanya sama. Tetap mencuri hati, bumbunya enak, rempahnya terasa, dan tidak eneg. Sayur mayurnya empuk dan segar. Mandali alias aman terkendali jika dimakan lansia dan anak-anak. Alhamdulillah, saat pesan untuk acara keluarga semua “yes” dengan kenikmatan rasa dan tekstur yang disuguhkan.

Selain itu, penjual jujur dan ramah. Nah, faktor ini bisa juga mempengaruhi untuk repeat order, lho. Aku pernah nanya, “kenapa enggak pakai mustard yang seperti selat lainnya?” Tanpa tersinggung Mbak Riza menjelaskan dengan ramah bahwa dia belum bisa membuatnya dan mengingat bahan bakunya yang akan menaikkan harga jual. Jadilah menggunakan mayones instan.

Menurutku, rasa masih oke-oke aja pakai mayones instan. Daripada memaksakan pakai mustard, tapi hasilnya zonk, haduh.

Soalnya aku punya pengalaman kurang menyenangkan, nih, terkait mustard. Aku makan selat di sebuah rumah makan. Lah, kok mustard-nya rasanya ngalor ngidul, ada bau amis kuning telur, dan kerasa krenyes-krenyes gulanya. Haduh, sungguh merusak nafsu makanku. Sebagai konsumen, aku DM via Instagram sebagai perbaikan ke depannya. Semenjak saat itu aku parno pesan selat di rumah makan itu.

 

Kemecer? Udah buruan Order

Warung Selat Solo Mbak Riza buka mulai pukul 10.00 WIB. Saranku sebelum ke warungnya Whatsapp dulu aja, daripada bertepuk sebelah tangan. Alias udah pengen banget tenyata warungnya tutup. Ini aku kasih nomornya.

cara-pesan-selat-solo-pedas-mbak-riza

Selat Solo Mbak Riza bisa melayani partai besar maupun kecil. Melayani Jumat berkah juga, lho, cukup Rp 8.000,00/ porsi dengan S&K tertentu. Oh iya, tersedia juga gado-gado yang enggak kalah enak cuma Rp 10.000/ porsi lengkap dengan telur utuh.

Sekian ulasan Selat Solo Mbak Riza dari lidahku. Pokoknya recommended banget selat Solo dikasih cabai. Semoga kamu cocok juga, ya. Awas ketagihan!


 

Aku yang masih jomlo perihal ilmu parenting belum aku lirik untuk dipelajari. Aku hanya melihat sekilas-sekilas dari media sosial yang aku ikuti. Cukup membuat gambaran dan membuatku ingin belajar lebih, baik dari buku atau webinar. Tapi, entah kapan terealisasi.

Niat masih maju mundur. Namun semesta berkata lain, saat sudah ada rencana, baru rencana, lho ini, ada aja jalannya. Komunitas ISB mengadakan webinar tentang parenting khusunya dengan tema inner child. Mumpung ada kesempatan, akupun mendaftar dan memaksa diriku untuk belajar.



Sabtu, 19 Maret 2022. Aku diajak komunitas ISB untuk mengenal dan bertemu dengan inner child. Komunitas ISB tentu tidak sendirian, ia ditemani oleh dua pakar  psikologi –yang  dengan takdir Allah adalah pasangan suami istri–, yaitu Ibu Diah Mahmudah dan Pak Dandy Birdy. Keduanya dnegan asyik memberikan pemahaman dan wejangan kepada kami khususnya aku yang alpa tentang dunia parenting.

Melalui tulisan ini aku mencoba merangkum apa yang disampaikan oleh pemateri. Jika ada salah atau kurang tepat sudilah kiranya Teman Ami mengingatkanku melalui email yang tersedia. Yuk, kita belajar bersama!

Berkenalan dengan Inner child

Inner child maksudnya ada sosok anak kecil yang bahagia dan tidak bahagia yang dimiliki orang dewasa sekarang.

 


Inner child sangat mempengaruhi kualitas mindfullness seseorang, Teman Ami. Menurut pemaparan John Broadshaw inner child ditimbulkan dari pengalaman positif dan negatif. Sehingga dari keduanya membentuk inner child positif dan inner child negatif.

Namun, inner child sering dihubungkan dengan sisi negatif. Oleh karena itu, teman-teman yang mengalami inner child negatif harusnya dirangkul dan dimotivasi untuk mau membasuh lukanya. Inner child sendiri dapat dideteksi pada usia di atas 21 atau 24 tahun. Sedangkan luka pengasuhan bisa dilihat pada usia 15 tahun.

Apa hubungannya inner child dengan luka pengasuhan?

Inner child tumbuh subur dari luka pengasuhan. Dan anak yang terluka batinnya lahir dari orang tua yang tidak bisa anger management. Orang tua yang tidak bisa mengelola amarahnya salah satu faktornya belum berdamai dengan dirinya sendiri.

Lalu kita menyalahkan orang tua kita, dong?

Hmm…sebelum menyalahkan orang tua, Bu Diah Mahmudah mengingatkan

“Orang tua memang turut andil pada luka pengasuhan, tetapi pemulihan luka yang bertanggung jawab penuh adalah diri kita sendiri.”

Kita harus ingat mungkin orang tua kita kurang ilmu atau bisa jadi orang tua kita belum selesai dengan dirinya sendiri sehingga menurunkannya kepada kita sebagai seorang anak. Saling berhubungan, ya, Teman Ami.

Lalu, bagaimana cara kita membasuh luka pengasuhan? Sebelum beranjak ke sana kita harus tahu terlebih dahulu penyebab adanya luka pengasuhan.

 

Mengapa ada luka pengasuhan?

Dari perspektif agama luka pengasuhan diakibatkan dari kurang lemah lembutnya orangtua kepada anak. Seperti yang tertuang dalam QS. Ali Imron ayat 159 yang artinya:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu”

Tidak hanya berkaitan dengan iman saja, tetapi luka pengasuhan bisa timbul dari 3 sisi ego yang ada pada diri setiap manusia, yaitu sisi anak-anak, sisi orang dewasa, dan sisi orang tua.



Seperti contoh, seorang anak yang sedari kecil dengan orang tuanya diberi kata bijak atau nasehat terus menerus. Efeknya pada dewasa dia tumbuh menjadi seorang yang kaku. Hal ini akan berimbas pula saat dia menikah, dia menjadi pasangan yang kaku dan tidak asyik untuk diajak berkomunikasi.

Menurut Pak Dandy, “Sebenarnya jika 3 sisi ego itu porsinya bagus tidak masalah. Yang bahaya itu jika kekanak-kanakan terus menerus.”

 

Jika tidak dari kita akan timbul “korban” berikutnya

Luka pengasuhan akan terjadi terus menerus ketika tidak memotong rantai permasalahannya. Untuk itu seseorang yang merasa memiliki luka pengasuhan tidak bisa fokus kepada growing (bertumbuh) tapi harus mundur sejenak untuk healing. Jadi growing dan healing berjalan beriringan.  

Teman Ami, sekaligus menasehati diriku sendiri, luka pengasuhan harus disembuhkan. Sebab akan berdampak pada kehidupan-kehidupan selanjutnya, contohnya seperti membangun rumah tangga. Ketika intrapersonal (komunikasi dalam diri) sudah selesai maka interpesonal (komunikasi dengan orang lain) akan sukses.

Bu Diah menekankan pada seluruh peserta webinar bahwa:

“Seseorang tidak bisa menjalin hangat dengan orang lain sebelum berhangat dengan diri sendiri”

 

Dandiah Consultant Siap Membantu Membasuh Luka Pengasuhan

Membasuh luka pengasuhan tidaklah mudah, tetapi selama ada niat, semangat, dan ilmu Insyaa Allah pasti ada jalan.



Dandiah Care aktif memberikan webinar dan menuliskan buku tentang ketahanan keluarga, salah satunya membasuh luka pengasuhan. Dandiah care mengusung psikologi analisa dan spirit psikologi positif. Apa artinya?

Psikologi analisa yaitu mengacu pada hal-hal yang terjadi sekarang ini dipengaruhi oleh masa lalu. Sedangkan psikologi positif, berkenaan dengan pemaknaan sungguh-sungguh, utuh, dan penuh terhadapa masa lalu untuk mengahadapi masa depan.

Di sini Dandiah Care mengajak kliennya untuk menanamkan pola pikir tentang merespon takdir lebih positif yaitu bukan mengubah takdir atau menyalahkan takdir sehingga tercipta forgiveness (memaafkan), empowering (berdaya), dan gratefull (berterimakasih).

Webinar hampir dua jam, ditemani hujan angin. Bahkan tidak terasa hujan di luar sana sudah reda. Ilmu yang diberikan sangat bernas dan bermanfaat meskipun aku pribadi sedikit roaming. Tapi tidaklah mengapa, itu tandanya belajarnya tidak boleh berhenti sampai di sini. Semangat untuk kita semua.



Baarakallahu fik Dandiah Care dan Komunitas ISB khususnya Teh Ani Berta  

Sumber: 

Webinar Bertemu dengan Inner Child. Pembicara Diah Mahmudah, S.Psi, Psikolog dan Dandy Birdy, S.Psi dimoderatori oleh Ani Berta. Sabtu, 19 Maret Pukul 13.30-15.30 WIB di zoom meeting.

Jamu…jamu…jamu…

Siapa yang sampai sekarang masih minum jamu? Cung angkat tangan!

amiamia-home-jamu-review


Dari kecil aku sudah dikenalkan minum jamu, tapi jamu yang rasanya manis, seperti gula asem dan beras kencur. Untungnya aku enggak kebagian jamu cekok.

Iya, jamu cekok. Jamu yang digunakan untuk meningkatkan nafsu makan. Seingatku jamu cekok warnanya cenderung hijau. Kalau adik susah makan dan orang tua sudah buntu dengan beragam cara agar adik mau makan jamu cekok menjadi andalan.

Saat memasuki remaja, terlebih memasuki masa haid, aku dikenalkan dengan jamu kunir asem. Aku sering minum jamu kunir asem pasca haid atau mulai ada jerawat yang datang tanpa diundang di wajah.

 

Jamu dari masa ke masa hingga Jamu Tak Jemu

Zaman dahulu jamu dijajakan dengan digendong. Penjual jamu menggunakan pakaian jawa dan rambut disanggul. Botol-botol jamu yang sudah dimasukkan ke dalam tenggok lalu digendong menggunakan selendang. Tak lupa tangan mbok jamu membawa ember kecil berisi air dan talenan kecil sebagai tatakan gelas.

Seiring berjalannya waktu, penjual jamu menggunakan gerobak untuk menjemput calon pembeli. Semakin ke sini kemasan jamu makin berinovasi yaitu menggunakan botol kemasan kekinian seperti produk Jamu Tak Jemu. Menurutku konsepnya bagus, sebagai salah satu cara mengenalkan jamu ke remaja. Apalagi jamu sebagai warisan budaya Indonesia, lho. Biar enggak kalah sama boba, thai tea, dan minuman kekinian yang lain.

 

Pertama kali mengenal Jamu Tak Jemu

Berawal dari postingan teman yang sedang trial membuat jamu. Lalu, aku tertarik mencobanya. Eh, sama Nok Jamu malah dikasih cuma-cuma. Pertama kali yang dirilis varian kujae, yaitu kunyit, jahe, dan sereh. Rasa rempahnya kerasa semua dan kental. Hangat di badan. Cocok banget untuk meningkatkan stamina saat pandemi seperti ini.

Tak lama berselang, rilis lagi varian gula asem, kunir asem, dan beras kencur. Semuanya rasanya enak. Jamu favoritku di Jamu Tak Jemu yaitu gula asem dan kunir asem. Gula asemnya bener-bener nyegerin apalagi saat dingin. Kunir asem dengan ending agak pahit dan kental ini, berhasil membawaku untuk bernostalgia dengan jamu gendong dekat rumah yang kental dan enak.

beras-kencur-gulas-kujae-amiamia-home


Selain jamu yang kental, ciri khas dari Jamu Tak Jemu yaitu menggunakan gula jawa. Sempat wawancara dengan Nok Jamu -pemilik dan produsen Jamu Tak Jemu- ternyata gula jawa yang digunakan enggak sembarangan.

“Kami cocok memakai gula jawa asal Purworejo, Wates, dan Kebumen karena warnanya cerah dan asli. Sedangkan kebanyakan yang dijual di pasaran ada campuran gula pasir dan warnanya gelap.”

Pantas saja rasanya beda gitu dan enggak serek di tenggorokan.

Jamu Tak Jemu bisa tahan beberapa hari di lemari pendingin, lho. Kunir asem dan gula asem, kalau belum dibuka dan disimpan di kulkas terus dapat bertahan dua minggu. Varian kujae, sekitar 4 harian di kulkas dalam keadaan tertutup. Sedangkan beras kencur ketahanannya lebih singkat dibanding tiga varian yang lain. Solusinya jika ingin stok banyak dimasukkan ke dalam freezer. Lebih bagus lagi kalau di kemasan jamu ditulis tanggal kadaluarsanya, jaga-jaga kalau lupa, hehe.

 

Produksi jamu higienis menjadi kunci agar aman dikonsumsi

Hasil seluncur di internet, Ditjen Farmalkes melalui Direktorat Produksi dan Distribusi Kefarmasian melakukan Sosialisasi Penggunaan Jamu yang Aman, Bermutu, dan Bermanfaat. Sosialisasi menekankan bahwa

“Pelaku Usaha Jamu Gendong (UJG) dan Usaha Jamu Racikan (UJR) maupun masyarakat adalah bagaimana penggunaan jamu agar dapat memenuhi persyaratan kesehatan, yang aman dikonsumsi, terutama dalam aspek kebersihan (higienis dan sanitasi) dalam pembuatan jamu".

Produksi Jamu Tak Jemu diproduksi tiap hari Senin, Rabu, dan Jumat. Saat konsumsi jamu ini aku merasa percaya dan aman karena yang memproduksi mahasiswa jurusan Ilmu Teknologi Pangan (ITP). Insyaa Allah, lebih paham tentang kebersihan produksi makanan dan minuman. Insyaa Allah, sejalan dengan instruksi Ditjen Farmalkes.

Aku juga mengulik tentang kehigienisan Jamu Tak Jamu langsung kepada Nok Jamu. Ternyata sebelum pengolahan prosesnya cukup panjang.

Pertama harus memastikan bahan baku rimpang. Adakah yang sudah mulai busuk bagian dalamnya, karena memang tidak terlihat di permukaan. Selanjutnya, dicuci bersih dengan menghilangkan tanah-tanah yang menempel pada rimpang. Tidak cukup sampai disitu, setelah bersih rimpang lanjut dicuci dengan cuka apel sebagai antiseptik alami. Kemudian baru dihancurkan sampai halus.

Dari rasa kepo ini, aku baru tahu kalau proses memasak di Jamu Tak Jemu menggunakan air galon. Mengapa tidak menggunakan air keran? Kata Si Nok Jamu, jamu yang dihasilkan lebih cepat basi ketimbang menggunakan air galon.

Duh, jadi mahal dong jamunya? Tenang jamu botol dengan kemasan 250 ml cukup bayar goceng aja alias lima ribu rupah. Terjangkau, kan?

 

Jamu Tak Jemu peduli lingkungan juga, lho

FYI, saat beli jamu di Jamu Tak jemu kita turut menyayangi bumi. Lhah, kok bisa? Soalnya botol-botol bekas jamu di salurkan ke bank sampah Kreasik.

Eh, botol?

Iya, setelah beli jamu Tak Jemu botolnya jangan langsung dibuang. Dibersihkan dulu, dikeringkan, lalu dikumpulkan sampai 10 botol. Setelah itu, serahkan lagi ke Jamu Tak Jamu untuk ditukar dengan satu botol jamu segar. Botol-botol itulah yang akan diserahkan ke Kreasik untuk diolah. Asyik, bukan?

jamu-tak-jemu-nok-jamu-kreasik


Rasa kepoku masih menggelayuti. Tiba-tiba muncul pertanyaan, apakah prosesnya juga minim sampah? 

“Diusahakan minim sampah. Misalnya bersih-bersih pakai kain lap, bukan tissue. Tetapi, ketika harus pakai sarung tangan plastik, maksimal dipakai untuk produksi sehari itu. Kemudian sarung tangan dicuci dan dipilah.”

Menurutku keren, usaha Jamu Tak Jemu telah memperhatikan aspek 3P, Profit, People, dan Planet. Mencoba minim sampah dari hulu ke hilir.

Spolier-nya udahan, ah. Enggak sabar order Jamu Tak Jemu, kan? Nih, aku kasih kontaknya.

amiamia-home-order-jamu-tak-jemu


Sekian review hari ini semoga bermanfaat. Salam sehat untuk Teman Ami dimanapun berada. 


Sumber:

https://farmalkes.kemkes.go.id/2021/12/sosialisasi-penggunaan-jamu-yang-aman-bermutu-dan-bermanfaat-2/

Halo Teman Ami! Januari sudah di penghujung bulan saja, ya. Apa kabar resolusi tahun 2022-nya. Masih jalan atau sudah berhenti untuk mewujudkannya? Atau jangan-jangan sudah ada yang terwujud. Terbaik!

Ngomongin resolusi, resolusiku tahun 2022 salah satunya lebih serius tentang ngeblog. Yang pengen aku seriusin, ya, tentu menulis kontennya. Aku akui selama ini semangat ngeblog masih on off terus. Buktinya blog Catatan Amiamia, ngeblog dari tahun 2013-2018 konten blognya gado-gado dan banyak bolongnya. Sedangkan blog Amiamia’s Journey, yang dimulai sejak 2019 tak jauh beda nasibnya dari blog sebelumya, tapi sudah fokus dengan niche traveling.



 Iya enggak?

Oke, baikah. Supaya resolusi tidak hanya angin belaka, mengikui webinar tentang blogging adalah salah satu caranya. Selain itu, aku juga membeli buku Ngeblog dari Nol karya Ibu-Ibu Doyan Nulis. Buku terbitan Wonderland Publisher ini ditulis oleh tiga penulis kece yaitu, Mbak Widyanti Yuliandari, Mbak Alfa Kurnia, dan Mbak Nunu Amir.

Dulu aku ikut acara grand launching Ngeblog Dari Nol di Blogging for Fun, Money & Opportunity bulan Oktober tahun lalu. Bener-bener mupeng alias muka pengen. Yaudah dimasukkin dulu ke wishlist buku yang pengin dibeli. Alhamdulillah Januari 2022 terpinang juga buku Ngeblog Dari Nol.

Siapkan posisi yang paling enak dan sebotol air putih. Saatnya menikmati lembaran demi lembaran buku bersampul dominan putih ini.

 


Lembaran pertama disambut dengan identitas buku seperti buku-buku umumnya. Sedikit kaget karena ekspektasiku terlalu tinggi. Aku kira buku dicetak dengan bahan book paper ternyata kertas HVS-lah yang menjadi penyajinya. It’s okay, insyaa Allah tidak mengurangi substansi ilmu yang ditorehkan para penulis di buku ini.

Lembar berikutnya disambut dengan halaman berwarna. Halaman itu tertulis untuk siapa buku ini dipersembahkan. Alangkah lebih senangnya jika bisa kutemukan halaman berwarna lain di antara 181 halaman.

Buku ini menurutku sudah bisa mencukupi kebutuhan bloger pemula supaya makin percaya diri terjun ke dunia blogging. Bagaimana tidak? Di buku Ngeblog Dari Nol, calon bloger dituntun membuat Blogger dan WordPress dari awal beserta pengenalan fungsi dashbord.

Enggak cuma itu pembaca juga diajak melihat kelebihan dan kekurangan dari masing-masing platform sehingga calon bloger bisa mempertimbangkan sendiri blog mana yang klik dengan mereka. Benar-benar sesuai judulnya Ngeblog Dari Nol.

Apakah orang yang sudah punya blog enggak boleh punya buku ini? Tentu boleh banget, Teman Ami. Menurutku buku ini dapat menjadi pegangan para bloger di kala mencari ide tapi buntu, konsisten mulai luntur, dan kehilangan semangat untuk ngeblog, dll.

 

Angin Segar Buku Ngeblog Dari Nol

Buku Ngeblog Dari Nol membawa angin segar bagi pemula yang ingin ngeblog, tapi bingung memulai dari mana. Ingin tulisannya dibaca orang lain, tapi bingung juga caranya. Dan rentetan masalah lainnya. Yuk! Mari kita hirup bareng-bareng angin segarnya biar enggak pusing.

 Menemukan dan menuliskan konten secara enjoy

Blog pada umumnya adalah tulisan. Terkadang bingung mau nulis apa atau setelah ini mau nulis apalagi. Pernah enggak, sih, buntu seperti itu? Nah, di buku ini bloger diajak menggali apa saja yang bisa ditulis. Salah satu caranya dengan metode pertanyaan pemantik. Dari situ bloger langsung bisa menjawab di titik-titik yang sudah disediakan. Duh, jadi keinget jaman SMP.

Setelah berhasil menemukan topik yang akan ditulis, lanjut diajari menulis kerangka tulisan atau bahasa kerennya outline. Kelar buat outline-nya, bloger dituntun ke langkah selanjutnya yaitu menjabarkan outline menjadi tulisan utuh. Para penulis enggak pelit berbagi tipsnya, jadi menulis terasa enjoy alias tidak terbebani. Apalagi yang belum pernah mengikuti kelas kepenulisan sama sekali.

Cerita bloger dengan berbagai niche dan 77 Inspirasi Topik

Bloger juga manusia. Up and down pasti tentu ada. Di buku ini disajikan cerita-cerita suka duka ngeblog dari tiga penulis utama. Tidak hanya sampai disitu, ada cerita bloger lain juga, lho, salah satunya Almh. Mbak Wijatnika Ika. Dari cerita-cerita tersebut menurutku dapat dijadikan pelecut semangat untuk ngeblog.

Buku Ngeblog Dari Nol juga mengulas gimana caranya menemukan niche pada blog. Tuh, kan, buku ini komplit banget! Pada tiga lembar terakhir juga disajikan 77 inspirasi jenis dan topik tulisan. Jadi enggak ada alasan buat mogok ngeblog karena enggak ada inspirasi.

Terjawab sudah, kegalauan selama blogging

Coba tebak, kegalauanku selama ini apa? Ya, Top Level Domain (TLD). Enggak jarang tawaran menulis mewajibkan blog sudah TLD. Pernah menemukan kelas blogging mensyaratkan blog harus TLD. Aku kan jadi gundah gulana. Ingin pindah ke TLD tapi biaya belum ada. Konten juga masih gini-gini aja. Akhirnya aku menemukan jawabannya. Di buku Ngeblog Dari Nol dibahas lengkap tentang TLD, hosting, serta pendapat beberapa bloger untuk yes or no untuk pindah ke blog berbayar.

Karena sadar diri dan gara-gara kalimat ini, aku putuskan stay dahulu di blog gratisan untuk membangun konsisten.

 




 Buku Ngeblog Dari Nol Enggak Sendirian

Yups, buku Ngeblog Dari Nol satu paket dengan Blog Planner. 

Blog Planner yang bersampul dominan putih juga, berisi rencana bulanan dan mingguan yang akan dilakukan bloger sesuai targetan masing-masing.
"Banyak cerita kegagalan blogging yang disebabkan kelalaian manajemen." - Buku Ngeblog Dari Nol, hal. 85-

Dari kutipan itulah alasan mengapa Blog Planner dihadirkan pula di buku Ngeblog Dari Nol. Seneng rasanya jika belajar sudah paket komplit seperti ini. Oh iya, di Blog Planner enggak hanya rencana bulanan dan mingguan saja, lho, tapi ada rencana blogpost juga.

Jujur aku masih agak bingung untuk mengisi Blog Planner di bagian rencana bulanan dan mingguan. Andaikan ada contohnya, bisa tiru tipis-tipislah, hehe.

Kesimpulan

Menurut aku yang sudah tuntas membaca buku Ngeblog Dari Nol, buku ini sangat cocok untuk bloger pemula karena bahasa yang mudah dipahami, panduan yang runtut sehingga langsung bisa dipraktikkan, informasi yang lengkap, serta contoh-contoh gaya bercerita di blog. Tentu hal ini mudah untuk di ATM: Amati, Tiru, dan Modifikasi oleh bloger pemula.

Teman Ami, sekian dulu review buku Ngeblog Dari Nol, ya. Penasaran kan cerita lengkapnya? Buruan gih dipinang buku Ngeblog Dari Nol supaya tambah semangat ngeblog. Mumpung ada promo. Cus kepoin di Instagram Ibu-Ibu Doyan Nulis. Sampai jumpa dan semoga bermanfaat.

 


 




“Kamu habis lulus mau kemana?”
“Hmm...belum tahu ngalir aja deh”
“Hmm, masa sih enggak punya bayangan mau ngapain gitu?”
“Hmm... masih abu-abu.”

Waduuh ilustrasi di atas kok aku banget yak. Wkwk. Eits, Insyaa Allah udah agak mendingan. Enggak separah yang dulu.

Semoga kamu sudah memiliki pandangan hidup jangka pendek maupun jangka panjang yak. Karena hidup enggak boleh ngalir gitu aja. Harus ada cita-cita atau tujuan yang harus diraih. Aku pernah baca sebuah postingan dari Ustadz Salim A Fillah intinya kurleb seperti ini,

“Kalau jalani hidup ngalir aja seperti air mungkin sudah lupa bahwa sejatinya air itu mengalir dari tempat tinggi ke tempat yang rendah.”

Nah lho gimana enggak mau kan? Dari tinggi ke rendah.

Makanya dalam hidup harus ada cita-cita. Petuah dari murrobi (guru)ku bahwa cita-cita menghidupkan hati seorang muslim. Jika tak ada cita-cita maka seseorang akan mudah rapuh dan patah dalam menjalani hidup. Mengapa? Sebab ia bergerak tanpa ada yang ia tuju.

Ngeri kan ya?

Yuk pemanasan dulu sebelum ganti kalender. Saatnya pikirkan mimpi besar apa yang hendak diraih. Besar kecil itu relatif lho ya. Enggak boleh samain antara satu dengan yang lain. Yang mimpinya kecil enggak boleh minder dan yang mimpinya besar enggak boleh sombong juga. Kalau udah dipikikan jangan lupa ditulis. Agar setiap saat bisa melihatnya untuk memantik bara semangat sekaligus agar mestakung alias semesta mendukung.

Aku rasa aku perlu menuliskannya di sini. Dalam menuliskan mimpimu terdapat dua hal ini perlu diingat dan dicermati betul. Apa itu? Saat menulis impian harus diiringi rasa khauf (rasa takut) dan raja’ (rasa berharap). Why? Karena kita tidak tahu cita-cita apa yang diridhoi Allah dan kapan Allah meridhoinya. Waspadalah! #bacaversibangnapi Apa yang kita rasa baik belum tentu di hadapan Allah itu juga baik (Qs.Al-Baqarah: 216).

Untuk itu perlu dibubuhkan kalimat  “atau yang terbaik untuk saya” di ujung kalimat impian kita. Contoh, saya harus... di tahun 2019 atau yang terbaik untuk saya. Tujuannya apa? Agar kita tidak stres dengan mimpi yang tak kunjung terwujud. Atau mimpi yang meleset sangat jauh dari harapan. Ujung-ujungnya kecewa dan tak mau memperjuangkannya kembali. Naudzubillah. Lagi-lagi sebagai manusia hanya bisa berencana dan Allah yang akan berperan dalam menentukan apa yang terbaik untuk kita.

Senyumin dulu ah. Karena aku murah senyum #pedebanget

Untukmu dan untukku,
Jangan takut menjadi seorang pemimpi. Pemimpi yang memperjuangkan apa yang telah ia rajut dalam bingkai aksara. Lalu diperjuangkan dengan bumbu cinta dalam menjalaninya. Menulis mimpi dan mewujudkannya salah satu sarana dan ikhtiar agar di hadapan Allah nanti diputarkan film terbaik. Bagaimana kita mengisi detak detik waktu yang telah diberikan oleh Allah dengan hal-hal bermanfaat.   

“Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat pekerjaanmu, begitu juga RasulNya dan orang-orang mukmin dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu diberitakanNya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.” (Qs. At-Taubah: 105)

Tulisan ini sebagai pengingat penulis. Karena penulis juga sedang belajar merajut mimpi dan memperjuangkannya. Demi menjadi manusia yang lebih baik.

Sudahkah dia dalam hidupmu?

Salam hangat. Tunggu kisah selanjutnya.

Tumpukan potongan flanel


Agenda kelompokku pekan ini ialah bersilaturahim ke Rumah Craft Mal Mel. Di sana kami belajar langsung dari pemiliknya. Kamipun langsung dihadapkan dengan satu jenis kain dengan aneka warna. Memang di tempat ini kain tersebut unggulannya di samping kain katun. Warnanya sungguh ciamik. Membuat pikiran cling seketika setelah berjibaku dengan riuhnya jalan Slamet Riyadi.

Sebelum memulai membuat buket bunganya, ramah tamah dengan pemilik tujuan utama kami ke sini. Pemilik tersebut notabene seorang ibu rumah tangga yang nyambi craft. Ia berpesan kepada kami semua:
“Wanita itu enggak wajib mencari nafkah namun wajib upgrade skill”

Entah kenapa langsung termotivasi mendengar perkataan itu. Kemudian saat kain yang akan diolah berada di hadapanku. Aku membelainya lembut dan aku menyapanya dalam hati

“Hai! Apa kabar dirimu? Lama sudah kita berpisah.”

Kenangan masa lalupun terputar kembali.
***

Pertama kali aku mengenalnya saat temanku membuat sarung laptop sapi yang unyu. Aku kepo dengan kain apa yang dipakainya. Bewarna warni segar di mata. Agak kaku tapi mudah dibentuk. Memiliki tekstur sendiri. Lembut kasar gimana gitu. Bisa menebak kain apakah itu? Yups, ternyata kain flanel namanya. Tak cukup sampai disitu. Aku bertanya dimana ia membelinya, berapa harganya, dan cara menjahitnya.
Bersyukur sekali temanku itu mau menularkan kemampuannya. Ia mau mengajariku yang cengoh akan hal-hal baru dalam hidupku. Dia sabar dan telaten pula. Penasaran siapakah dia? Ia bernama Elsita.

Ia mengajariku pertama kali cara menjahit dengan tusuk festoon. Tidak seketika waktu itu aku langsung bisa mengikutinya, hehe. Butuh berulang kali salah. Bahkan berulang kali bertanya sebab lupa langkah selanjutnya. Waktu itu aku puas-puasin untuk belajar darinya. Meskipun sebenarnya tidak puas karena ilmu yang nyantol alias yang bisa aku lakukan hanya tusuk feston saja.

Beberapa hari kemudian. Sungguh aku lupa bagaimana jalan ceritanya. Tiba-tiba temanku itu memberikan seluruh flanel yang ia miliki. Tak hanya itu jarum, benang, dan dakronnyapun turut merangsek ke dalam tas kresek yang ia berikan kepadaku. Masyaa Allah, rezeki yang tak terduga. Ada rasa sungkan waktu itu untuk menerimanya. Lalu terlontar dari mulutku, "Aku ganti berapa nih El?”

"Sudah. Enggak usah diganti, Mi. Itu buat kamu aja." Jawabnya.

"Beneran nih? Alhamdulillah. Makasih Elsita."

Seneng dong rasanya dikasih yang kita pengenin. Tapi di sisi lain aku sedih mau aku apakan kain-kain unyu ini. Belum ada ide kala itu. Sementara waktu aku diemin begitu saja kain-kain di dalam kardus.

Suatu ketika kebosananpun melanda dengan hebat. Bagaimana tidak? Waktu tunggu selesai Ujian Nasional hingga pengumuman SNMPTN sangatlah luama. Dua bulan kalau tidak salah. Menonton tayang di televisi bosan karena acaranya begitu-begitu saja. Mainan hape juga bosan. Waktu itu hape masih Nokia yang polikrom. Bisanya cuma SMS-an lalu ujung-ujungnya main Nature Park ngalahin skor sendiri.

Kebosanan akut mengingatkanku akan kain flanel waktu itu. Aku bongkar-bongkar seolah mencari mangsa. Flanel mana yang akan aku eksekusi hari ini. Setelah dapat kumulai dengan menggambar pola yang paling mudah yaitu lingkaran sebanyak dua buah. Lalu aku salurkan ilmu tusuk feston dari Elsita tuk rekatkan dua buah lingkaran. Sebelum dijahit penuh aku sumpali dengan awan putih sintetis. Menggembung sudah. Kujahit kembali hingga rapat supaya “awan” tak mencuat ketika dipencet-pendet. Lumayan rapi untuk percobaan pertama dan pemula.

Singkat cerita aku akhirnya memproduksi gantungan kunci karakter. Waktu itu aku membuat karakter doraemon, hello kity, dan angry bird yang lagi hits semirip mungkin. Alhamdulillah tidak hanya berujung di dalam kardus saja. Hasil karyaku aku kemas dan kujual. Sebenarnya menjual itu hanya kegiatan iseng-iseng saja. Gara-gara kedua adikku yang duduk di sekolah dasar waktu itu entah bagaimana caranya mingin-mingini temannya. Kata orang, rezeki enggak boleh ditolak. Aku iya-in aja pesanan itu.

Saat menyelesaikan list pesanan tiba-tiba aku kehabisan stok bahan. Mau enggak mau harus beli di toko yang berada di Jalan Kalilarangan. Karena disitu yang aku tahu.

Pertanyaannya aku akan naik apa kesana?
Kalau mau naik bus dari segi ongkos, waktu, dan tempat pemberhentian sangat tidak efektif. Yang terparkir di teras rumah hanya sepeda onthel. Punyanya sepeda ya naik sepeda.

Rumahku dimana?
Belakang rumah sakit dr Oen Kandangsapi. So sweet bukan? Sungguh the power of niat. Ngos-ngosan, euy. Tak ketinggalan bermandikan sinar matahari yang mulai meninggi. Waktu itu belum ada ojol macam sekarang yang tumbuh bak jamur di musim penghujan. Tinggal klik saja langsung menjemput di depan rumah. Sungguh tiap apa yang diperjuangkan akan menemui kelezatannya masing-masing. Tergantung cara olahnya saja.

Nah, pesanan ganci yang touch in heart banget itu ketika budheku memesan gantungan love ukuran besar. Wew buat siapakah gerangan? Ternyata gantungan kunci itu untuk pacarnya masku. Alhamdulillah sekarang sudah jadi istrinya. Alhamdulillah enggak kaya  cuitan zaman sekarang, “pacarane mbi aku nikahe mbi wong  liyo” nyesek enggak sih? Mending pacarannya setelah nikah aja.

Hehe hanya intermezo netizen. Bersyukur deh budheku mempercayakan sepenuhnya kepadaku. Aku tambah greget untuk mengerjakannya. Tambah pengalaman juga. Senangnya dapat selesai tepat waktu dan langsung meluncur segera ke calon mantunya.  

Sayang, kegiatan ini hanya bertahan di masa kumenunggu pengumuman dan awal-awal masuk kuliah. Kegiatan njlimet semacam itu suka sebenarnya. Apalagi bisa tambah-tambah uang saku. Dengan berat hati aku berpisah dengan flanel. Ada tugas lain yang akan menyita waktuku. Sungguh liburan produktif. Liburan menyenangkan dan mengenyangkan.

***
Begitulah rasanya kalau bersentuhan dengan flanel. Langsung terngiang akan episode kehidupan yang pernah aku jalani. Memang sih belum berjodoh untuk menjadi bisnis yang berkembang dan memiliki omset besar. Namun aku bersyukur ketika dibenturkan dengan hal-hal semacam itu hal baru tentunya, minimal dapat meningkatkan skill. Eits, harus dirawat pula dengan kemauan belajar terus dalam diri juga ya agar menjadi orang yang kapabel di bidang tersebut. Jadi kalau sewaktu-waktu dibutuhkan untuk mencari nafkah, uang jajan, atau membantu orang lain enggak usah mikir terlalu lama. Dan langsung teringat namamu. 

Pesan aku untuk pembaca setia.

“Galilah dan tingkatkan skillmu di luar profesi atau bidangmu. Awali dari apa yang kamu sukai. Lalu belajarlah langsung dari ahlinya sekaligus berlatih. Yakinlah suatu saat ia akan mekar indah di musim yang tepat baik untuk dirimu sendiri atau orang lain.”
Cukup curhatan hari ini. Semoga ada manfaatnya yang bisa diambil untukmu. See you di tulisan berikutnya.

Salam
Amiamia –Pegumpul cahaya yang berserak



Pernah dengar tidak kata orang, “Siapa yang menanam dia akan yang menuai?”

Walaupun kenyataannya tidak semua yang kita tanam kita sendiri yang akan memetiknya. Nggak percaya?

Contohnya begini, kamu menanam biji buah mangga di depan rumah. Lalu, dengan penuh kasih sayang kamu menyiraminya, memupuknya, bahkan menjaganya dari ganasnya ulat-ulat yang gemash. Setelah tumbuh semakin besar dan berbuah, apalagi buahnya lebat. Saya tebak, tidak seluruhnya kamu yang memetiknya. Mungkin saja yang memanen ialah para codot dan ulat yang kelaparan. Atau Jatuh di tangan segerombolan anak yang membawa tongkat pemburu layangan putus.  Bahkan tetangga kamu yang tak sengaja kejatuhan mangga yang ranum.

Wah…wah…wah iya kan? Apakah sepenuhnya kamu yang memetiknya? Yes or No? Sudah, ikhlasin aja. Kalau ikhlas insyaa Allah, Allah akan membalasnya. Bisa di dunia atau ditabung dulu untuk dunia yang abadi kelak.

Alhamdulillaah, Allah mengirimkan orang-orang yang mengingatkan akan hal itu. Melalui percakapan yang tidak sengaja ataupun sebuah nasihat. Hingga aku merasa tersentil dan harus menuliskannya dalam coretan yang mungkin bermanfaat untuk orang lain. Selebihnya untuk catatan pengingatku saja.

Bahwa kebaikan-kebaikan yang kita rasakan saat ini belum tentu buah dari kebaikan yang sudah kita lakukan. Bisa jadi, kebaikan yang kita nikmati dikala senang atau haru bahagia merupakan buah kebaikan dari orangtua kita. Mungkin juga, ketidak baikkan yang kita terima saat ini bisa jadi berasal dari hulu yang sama.

Dan bisa jadi kebaikan maupun keburukan yang telah kita lakukan akan berimbas kepada keluarga kita. Kepada ayah, ibu, adik, maupun keturunan kita.

Bisa instan, secepat membuat mie rebus. Atau dengan lika liku luar biasa baru akan terasa. Manis. Asam.  Pahit. Atau nano-nano.

Tak ruginya mulai berbenah saat ini. Tak ada salahnya pula berusaha menanam biji-biji dengan kualitas baik. Meski harus bersusah payah mengenyahkan biji-biji yang tidak layak tanam berhiaskan peluh keikhlasan. Karena semua akan indah pada waktunya.

Salam
Postingan Lebih Baru Postingan Lama Beranda

Tentangku

Foto saya
Amiamia
Halo! Aku Ami seorang narablog dan penulis 3 buku antologi. Blog ini seputar review buku, kuliner, review produk UMKM, dan lifestyle. Khusus traveling aku abadikan di blog Amiamia's Journey, ya. Happy reading!
Lihat profil lengkapku

FOLLOW ME

  • Instagram: @_amiamia
  • Twitter: @amiamiahome
  • Amiamia's Journey

Entri yang Diunggulkan

Selembar Moment

Buku yang sudah dibaca di Tahun 2022

  • Aku Takut KehilanganMu - Maman Suherman
  • Ngeblog Dari Nol - Widyanti, dkk (IIDN)
  • Bekisar Merah - Ahmad Tohari
  • Api Tauhid - Habiburrahman El Shirazy

Arsip Blog

  • ▼  2022 (6)
    • ▼  Juni (1)
      • Ternyata Gini Peluang Ngeblog Bareng Komunitas IIDN
    • ►  April (2)
    • ►  Maret (1)
    • ►  Februari (1)
    • ►  Januari (1)
  • ►  2018 (4)
    • ►  Desember (2)
    • ►  April (2)
  • ►  2017 (1)
    • ►  Maret (1)
  • ►  2016 (2)
    • ►  Agustus (1)
    • ►  Februari (1)
  • ►  2015 (6)
    • ►  Oktober (1)
    • ►  Februari (2)
    • ►  Januari (3)
  • ►  2013 (1)
    • ►  November (1)

Label

  • Lomba blog
  • Opini
  • Review

Silaturahim Yuk

Nama

Email *

Pesan *

Total Tayangan Halaman

Tentang Penulis

Foto saya
Amiamia
Halo! Aku Ami seorang narablog dan penulis 3 buku antologi. Blog ini seputar review buku, kuliner, review produk UMKM, dan lifestyle. Khusus traveling aku abadikan di blog Amiamia's Journey, ya. Happy reading!
Lihat profil lengkapku

Advertisement

Copyright © 2016 Catatan Amiamia. Created by OddThemes