Menikmati Jogja dengan Rasa yang Berbeda



Stasiun Tugu, 6 Maret 2017 pukul 08.30
        Perjalanan 1,5 jam telah ditempuh KA Prameks dari Solo Balapan-Yogyakarta. Membawa orang-orang yang mempunyai segudang tujuan untuk menuju Kota Budaya itu. Diantaranya tiga insan perempuan yang jauh-jauh dari Kota Solo. Karena tujuan yang berbeda kamipun berpisah dan stasiun ini menjadi saksinya #ecieh. Satu orang ke arah Barat dan dua orang ke arah Timur. Hati-hati ibu, kami doakan dirimu sehat selalu dan kami tunggu Hari Jumat di rumah.

           Perjalanan dua orang cewek-cewek pun dimulai. Kami langsung menuju halte Trans Jogja karena pukul 10.00 sudah. Telah habis waktu kami menunggu pemesanan tiket KA Prameks untuk pulang. Tak apa daripada tak bisa pulang. Di halte ini kami menunggu bus 1A menuju Taman Pintar.


Alhasil Taman Pintar kalau Hari Senin tutup coy. Hanya dapat foto ini nih. Nggak papa yang penting sudah mengunjungi Taman Pintar. 
Bingung mau jalan kemana lagi. 

Foto dulu ah. Akur banget dah kalau pas foto.
Setelah jalan beberapa meter, aku dan adikku menemukan Titik Nol Kilometer Yogyakarta. Setelah kemaren aku menginjakan kaki di Titik Nol Kilometer Sabah, hehehe.
fotone azmi
Awan kelabu menghiasi kota ini. Namun matahari menyengat disela-sela kerumunan awan tersebut. Panas dan gerah. Kami sedikit mempercepat langkah kami daaannn tempat yang tidak akan kunjungi kami kunjungi juga. 
Weeeladah, mung isoh foto nang ngarep thog-hanya bisa foto didepan saja alias tutup. Lagi-lagi kami dikecewakan. Walaupun sudah pernah kesini sih. Benteng ini bukanya Hari Selasa-Minggu. Baru tau aku. Sebagai pelajaran kalau mau kemana-mana kuasai medannya paling tidak kuasai informasinya. Tak apa niatnya kan jalan-jalan. Demi mengisi liburan adik, kurang apa coba.

Dapat ini. Gembok cinta. Ala-ala luar negeri gitu.

              Terik matahari tak mengurangi semangat kami untuk menuju Taman Sari. Adikku belum pernah samsek kesana. Dan aku sebagai petunjuk jalan lupa jalan menuju kesana. Awalnya sok-sokan cari jalan, eh, tidak yakin. Tanya orang. Balik lagi ke Nol Kilometer. Padahal kami tadi sudah jelas tanda Taman Sari menuju Selatan. Wkwkwk. Kamipun menurut panah yang menunjukkan 1,5 km saja ke taman sari. Dekat kok.

           Untuk menuju Taman Sari, kami berjalan menuju arah Kraton Yogyakarta. Kami menemukan Museum Sonobudaya. Kemudian melewati alun-alun Utara dan selanjutnya Museum Kereta. Setelah perjalanan sekian menit


Wuaaadem. Sejuk sekali ini tempat. langsung sirna rasa panas tadi. Akhirnya sampai juga di kawasan Taman Sari. Wushh...gaskan!

Aksyen dulu habis kepanasan



Tempat tersebut namanya Pulo Kenanga yang mana bangunan ini merupakan bangunan tertinggi dibandingkan bangunan sekitarnya. Gedong itu berfungsi sebagai tempat peristirahatan dan beberapa kegiatan seni. 


              
             Lanjuuut....setelah melewati lorong bawah tanah dan menyusuri anak tangga sampailah kami di Gedong Gapura Panggung. Disinilah wisatawan membayar tiket seharga Rp 5.000,- sebelum masuk ke dalam. Bagi wisatawan yang membawa kamera dikenai biaya tambahan sebesar Rp 2.000,-.  Setelah melewati gapura kami melewati Gedong Lopak-Lopak dan taraa...Pasiraman Umbul Binangun. 


Tak lupa aku kirimkan salam untuk mereka yang sedang berjuang menuntut ilmu di negeri orang. Semoga kalian bisa kembali ke Indonesia dan menuntut ilmu di Indonesia.😊😊😊
                Tujuan selanjutnya yaitu Sumur Gumuling. Tempatnya terpisah dari kawasan umbul tadi. Menuju ke TKP kami melewati Kampung Cyber. 

Kurang lebih 10 menit sampailah kami di Sumur Gumuling yang mana dulunya digunakan untuk tempat beribadah atau religius. 
Buruan sudah banyak yang antri untuk foto maupun lewat 
                Setelah lelah kaki kami berjalan dan mendung berarti tak hujan kami memutuskan menyudahi perjalanan di Taman Sari. Karena kaki sudah cenat cenut berjalan dari Taman Pintar hingga Taman Sari becak andalan kami untuk kembali ke Malioboro. Di sekitaran Taman Sari banyak sekali becak. Tanyalah dulu sebelum kamu memulai perjalanan dengan becak, alhasil Rp 20.000,- untuk dua orang.




               Gerimis dan mendung menambah syahdu perut yang sudah mulai keroncongan. Aku dan adikku menjatuhkan pilihan untuk makan di Pasar. Tidak afdol kalau ke Jogja tidak makan gudheg. Tidak hanya gudheg saja lhooo dan jangan khawatir soal harga sudah terpampang jelas tinggal pilih menu yang cocok di perut dan di kantong. Setelah tenaga terisi saatnya keliling pasar. 


Teringat tempat dimana seseorang pernah membawaku pergi kesana. Aku mencoba mengingat-ingat tempat tersebut dan yakin tempat tersebut di belakang Pasar Beringharjo.
Cihuyyy...ketemu. Disini tempat jual aksesoris. Disini pula kamu dapat merangkai sendiri apa yang kamu inginkan. Eh, kok banyak orang  lanjut usia sedang apa tuh? Nah, bagi kamu yang ingin belajar membuat kreasi sendiri dapat belajar disini. Ada pemandunya juga. Penasaran kan? Langsung saja datangi tokonya di Lor Pasar Beringharjo No.57.


                Saatnya pulang, abang masinis sudah menunggu kami untuk diantarkan pulang #hauah ke stasiun Solo Balapan. Kamu kapan ngantar pulang. Fokus ke tas coklat aja jangan mbaknya yang itu tuh, hehehe.

                    Sudah sudah saatnya pulang. Jogja selalu memberikan kesan tersendiri bagiku bahkan rasa yang ada. Rasa kaitannya dengan hati. Dan hati urusannya dengan sang pencipta. Tentu saja untuk melewati satu fragmen ke fragmen selanjutnya tidak bisa sama. Pemerannya pun sudah beda. So, nikmati dan keep smile. Selalu ambil yang baik buang hal yang buruk. Guee bisa akur sama adikku 😂. 

Salam Manis
                    

Share:

0 komentar