Mengenal Lebih Dekat Inner Child Bersama Komunitas ISB dan Dandiah Care

Aku yang masih jomlo perihal ilmu parenting belum aku lirik untuk dipelajari. Aku hanya melihat sekilas-sekilas dari media sosial yang aku ikuti. Cukup membuat gambaran dan membuatku ingin belajar lebih, baik dari buku atau webinar. Tapi, entah kapan terealisasi.

Niat masih maju mundur. Namun semesta berkata lain, saat sudah ada rencana, baru rencana, lho ini, ada aja jalannya. Komunitas ISB mengadakan webinar tentang parenting khusunya dengan tema inner child. Mumpung ada kesempatan, akupun mendaftar dan memaksa diriku untuk belajar.



Sabtu, 19 Maret 2022. Aku diajak komunitas ISB untuk mengenal dan bertemu dengan inner child. Komunitas ISB tentu tidak sendirian, ia ditemani oleh dua pakar  psikologi –yang  dengan takdir Allah adalah pasangan suami istri–, yaitu Ibu Diah Mahmudah dan Pak Dandy Birdy. Keduanya dnegan asyik memberikan pemahaman dan wejangan kepada kami khususnya aku yang alpa tentang dunia parenting.

Melalui tulisan ini aku mencoba merangkum apa yang disampaikan oleh pemateri. Jika ada salah atau kurang tepat sudilah kiranya Teman Ami mengingatkanku melalui email yang tersedia. Yuk, kita belajar bersama!

Berkenalan dengan Inner child

Inner child maksudnya ada sosok anak kecil yang bahagia dan tidak bahagia yang dimiliki orang dewasa sekarang.

 


Inner child sangat mempengaruhi kualitas mindfullness seseorang, Teman Ami. Menurut pemaparan John Broadshaw inner child ditimbulkan dari pengalaman positif dan negatif. Sehingga dari keduanya membentuk inner child positif dan inner child negatif.

Namun, inner child sering dihubungkan dengan sisi negatif. Oleh karena itu, teman-teman yang mengalami inner child negatif harusnya dirangkul dan dimotivasi untuk mau membasuh lukanya. Inner child sendiri dapat dideteksi pada usia di atas 21 atau 24 tahun. Sedangkan luka pengasuhan bisa dilihat pada usia 15 tahun.

Apa hubungannya inner child dengan luka pengasuhan?

Inner child tumbuh subur dari luka pengasuhan. Dan anak yang terluka batinnya lahir dari orang tua yang tidak bisa anger management. Orang tua yang tidak bisa mengelola amarahnya salah satu faktornya belum berdamai dengan dirinya sendiri.

Lalu kita menyalahkan orang tua kita, dong?

Hmm…sebelum menyalahkan orang tua, Bu Diah Mahmudah mengingatkan

“Orang tua memang turut andil pada luka pengasuhan, tetapi pemulihan luka yang bertanggung jawab penuh adalah diri kita sendiri.”

Kita harus ingat mungkin orang tua kita kurang ilmu atau bisa jadi orang tua kita belum selesai dengan dirinya sendiri sehingga menurunkannya kepada kita sebagai seorang anak. Saling berhubungan, ya, Teman Ami.

Lalu, bagaimana cara kita membasuh luka pengasuhan? Sebelum beranjak ke sana kita harus tahu terlebih dahulu penyebab adanya luka pengasuhan.

 

Mengapa ada luka pengasuhan?

Dari perspektif agama luka pengasuhan diakibatkan dari kurang lemah lembutnya orangtua kepada anak. Seperti yang tertuang dalam QS. Ali Imron ayat 159 yang artinya:

“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu”

Tidak hanya berkaitan dengan iman saja, tetapi luka pengasuhan bisa timbul dari 3 sisi ego yang ada pada diri setiap manusia, yaitu sisi anak-anak, sisi orang dewasa, dan sisi orang tua.



Seperti contoh, seorang anak yang sedari kecil dengan orang tuanya diberi kata bijak atau nasehat terus menerus. Efeknya pada dewasa dia tumbuh menjadi seorang yang kaku. Hal ini akan berimbas pula saat dia menikah, dia menjadi pasangan yang kaku dan tidak asyik untuk diajak berkomunikasi.

Menurut Pak Dandy, “Sebenarnya jika 3 sisi ego itu porsinya bagus tidak masalah. Yang bahaya itu jika kekanak-kanakan terus menerus.”

 

Jika tidak dari kita akan timbul “korban” berikutnya

Luka pengasuhan akan terjadi terus menerus ketika tidak memotong rantai permasalahannya. Untuk itu seseorang yang merasa memiliki luka pengasuhan tidak bisa fokus kepada growing (bertumbuh) tapi harus mundur sejenak untuk healing. Jadi growing dan healing berjalan beriringan.  

Teman Ami, sekaligus menasehati diriku sendiri, luka pengasuhan harus disembuhkan. Sebab akan berdampak pada kehidupan-kehidupan selanjutnya, contohnya seperti membangun rumah tangga. Ketika intrapersonal (komunikasi dalam diri) sudah selesai maka interpesonal (komunikasi dengan orang lain) akan sukses.

Bu Diah menekankan pada seluruh peserta webinar bahwa:

“Seseorang tidak bisa menjalin hangat dengan orang lain sebelum berhangat dengan diri sendiri”

 

Dandiah Consultant Siap Membantu Membasuh Luka Pengasuhan

Membasuh luka pengasuhan tidaklah mudah, tetapi selama ada niat, semangat, dan ilmu Insyaa Allah pasti ada jalan.



Dandiah Care aktif memberikan webinar dan menuliskan buku tentang ketahanan keluarga, salah satunya membasuh luka pengasuhan. Dandiah care mengusung psikologi analisa dan spirit psikologi positif. Apa artinya?

Psikologi analisa yaitu mengacu pada hal-hal yang terjadi sekarang ini dipengaruhi oleh masa lalu. Sedangkan psikologi positif, berkenaan dengan pemaknaan sungguh-sungguh, utuh, dan penuh terhadapa masa lalu untuk mengahadapi masa depan.

Di sini Dandiah Care mengajak kliennya untuk menanamkan pola pikir tentang merespon takdir lebih positif yaitu bukan mengubah takdir atau menyalahkan takdir sehingga tercipta forgiveness (memaafkan), empowering (berdaya), dan gratefull (berterimakasih).

Webinar hampir dua jam, ditemani hujan angin. Bahkan tidak terasa hujan di luar sana sudah reda. Ilmu yang diberikan sangat bernas dan bermanfaat meskipun aku pribadi sedikit roaming. Tapi tidaklah mengapa, itu tandanya belajarnya tidak boleh berhenti sampai di sini. Semangat untuk kita semua.



Baarakallahu fik Dandiah Care dan Komunitas ISB khususnya Teh Ani Berta  

Sumber: 

Webinar Bertemu dengan Inner Child. Pembicara Diah Mahmudah, S.Psi, Psikolog dan Dandy Birdy, S.Psi dimoderatori oleh Ani Berta. Sabtu, 19 Maret Pukul 13.30-15.30 WIB di zoom meeting.

Tags:

Share:

2 komentar